Negara (Antara Bali) - Pihak Yayasan Al Mustaqim selaku pengelola Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) menuding ada provokasi sehingga mahasiswa mendatangi kampus tersebut, Sabtu.
Dewan Pembina Yayasan Al Mustaqim, Yusi Ali Akbar saat ditemui di sela-sela pertemuan dengan mahasiswa mengatakan, ada pihak-pihak yang telah memprovokasi untuk mengacaukan yayasan.
"Kami sudah tahu siapa orangnya, tapi tidak usah saya sebutkan," kata putra Rektor STIT Al Mustaqim, Ilham ini.
Yusi mengatakan, kedatangan mahasiswa ini sama sekali tidak ada koordinasi dengan pihaknya dan ia tidak pernah memberikan informasi kalau ada pertemuan hari ini.
Menurutnya, jika mengacu dari kerja yayasan selama ini sebenarnya seluruh tuntutan mahasiswa sudah terpenuhi.
"Mahasiswa dan alumni kan ingin dapat Nimko, saat ini semuanya sedang dalam proses di Kopertis jadi tinggal menunggu saja," ujarnya.
Mengenai konflik intern di yayasan, Yusi mengatakan, justru pergantian pengurus yayasan dilakukan untuk mempercepat proses di Kopertis.
Ia mengungkapkan, saat pimpinan yayasan dipegang "orang lama", dari MoU antara yayasan, Kopertais, DPRD Jembrana dan Kasubdit Akademik dan Kemahasiswaan Direktur Pendidikan Tinggi Islam, sejak Januari lalu masih ada sekitar 900 ijasah mahasiswa yang belum disetor ke Kopertais.
"Tapi baru sekitar satu setengah bulan yayasan kami ambil alih, sudah 300 lebih ijasah mahasiswa masuk ke Kopertais," ujar Yusi.
Karena itu ia menilai salah jika ada yang menuding, Kopertais lambat mengeluarkan NIMKO karena pihaknya mengambil alih yayasan.
Kisruh di STIT Al Mustaqim ini memang cukup ruwet dan disinyalir tidak hanya melibatkan mahasiswa dengan pihak yayasan.
Informasi yang digali Antara menemukan, ada konflik intern di internal yayasan sehingga makin memperkeruh suasana.
Saat ini pimpinan yayasan bisa dibilang dipegang sepenuhnya oleh Rektor STIT, Ilham beserta anak-anaknya.
Ketua Yayasan dipegang oleh Muhammad Yaser Arafat dan Dewan Pembina oleh Yusi Ali Akbar, dimana keduanya adalah anak dari Ilham.
Sementara orang-orang yang tersingkir dari yayasan, juga tidak tinggal diam dengan melakukan perlawanan di balik layar.
Terbukti, beberapa hari sebelum mahasiswa mendatangi kampus, beberapa mantan pengurus yayasan mendatangi salah seorang mahasiswa untuk diminta menjadi koordinator lapangan (korlap) aksi demo.
Bahkan, oleh mantan pengurus ini, mahasiswa itu sudah dibawakan ketikan pengurusan izin ke Polres Jembrana.
Namun karena sadar, kalau upaya ini merupakan strategi lempar batu sembunyi tangan, mahasiswa tersebut menolaknya.
Karena sudah sejak angkatan tahun 2000 mahasiswanya tidak memiliki NIMKo, tercatat sekitar 2.600 mahasiswa dan alumni kebingungan baik untuk pindah ke perguruan tinggi lain maupun mencari pekerjaan.
Ironisnya, sejak angkatan itu meski tidak memiliki NIMKO, banyak alumni STIT Al Mustaqim yang saat ini sudah menjadi PNS yang rata-rata di bawah Departemen Agama.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2011
Dewan Pembina Yayasan Al Mustaqim, Yusi Ali Akbar saat ditemui di sela-sela pertemuan dengan mahasiswa mengatakan, ada pihak-pihak yang telah memprovokasi untuk mengacaukan yayasan.
"Kami sudah tahu siapa orangnya, tapi tidak usah saya sebutkan," kata putra Rektor STIT Al Mustaqim, Ilham ini.
Yusi mengatakan, kedatangan mahasiswa ini sama sekali tidak ada koordinasi dengan pihaknya dan ia tidak pernah memberikan informasi kalau ada pertemuan hari ini.
Menurutnya, jika mengacu dari kerja yayasan selama ini sebenarnya seluruh tuntutan mahasiswa sudah terpenuhi.
"Mahasiswa dan alumni kan ingin dapat Nimko, saat ini semuanya sedang dalam proses di Kopertis jadi tinggal menunggu saja," ujarnya.
Mengenai konflik intern di yayasan, Yusi mengatakan, justru pergantian pengurus yayasan dilakukan untuk mempercepat proses di Kopertis.
Ia mengungkapkan, saat pimpinan yayasan dipegang "orang lama", dari MoU antara yayasan, Kopertais, DPRD Jembrana dan Kasubdit Akademik dan Kemahasiswaan Direktur Pendidikan Tinggi Islam, sejak Januari lalu masih ada sekitar 900 ijasah mahasiswa yang belum disetor ke Kopertais.
"Tapi baru sekitar satu setengah bulan yayasan kami ambil alih, sudah 300 lebih ijasah mahasiswa masuk ke Kopertais," ujar Yusi.
Karena itu ia menilai salah jika ada yang menuding, Kopertais lambat mengeluarkan NIMKO karena pihaknya mengambil alih yayasan.
Kisruh di STIT Al Mustaqim ini memang cukup ruwet dan disinyalir tidak hanya melibatkan mahasiswa dengan pihak yayasan.
Informasi yang digali Antara menemukan, ada konflik intern di internal yayasan sehingga makin memperkeruh suasana.
Saat ini pimpinan yayasan bisa dibilang dipegang sepenuhnya oleh Rektor STIT, Ilham beserta anak-anaknya.
Ketua Yayasan dipegang oleh Muhammad Yaser Arafat dan Dewan Pembina oleh Yusi Ali Akbar, dimana keduanya adalah anak dari Ilham.
Sementara orang-orang yang tersingkir dari yayasan, juga tidak tinggal diam dengan melakukan perlawanan di balik layar.
Terbukti, beberapa hari sebelum mahasiswa mendatangi kampus, beberapa mantan pengurus yayasan mendatangi salah seorang mahasiswa untuk diminta menjadi koordinator lapangan (korlap) aksi demo.
Bahkan, oleh mantan pengurus ini, mahasiswa itu sudah dibawakan ketikan pengurusan izin ke Polres Jembrana.
Namun karena sadar, kalau upaya ini merupakan strategi lempar batu sembunyi tangan, mahasiswa tersebut menolaknya.
Karena sudah sejak angkatan tahun 2000 mahasiswanya tidak memiliki NIMKo, tercatat sekitar 2.600 mahasiswa dan alumni kebingungan baik untuk pindah ke perguruan tinggi lain maupun mencari pekerjaan.
Ironisnya, sejak angkatan itu meski tidak memiliki NIMKO, banyak alumni STIT Al Mustaqim yang saat ini sudah menjadi PNS yang rata-rata di bawah Departemen Agama.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2011