Denpasar (Antara Bali) - Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali mengerahkan 1.300 petugas untuk melakukan pendataan atau sensus terhadap ternak sapi dan kerbau di daerah ini, sebagai upaya mengetahui secara pasti potensi peternakan yang ada.

"Ke-1.300 petugas yang diterjunkan ke tingkat banjar (dusun) dan desa di delapan kabupaten dan satu kota di Bali itu, sebelumnya telah diberikan pelatihan khusus, dengan harapan mampu menyukseskan sensus ternak sapi dan kerbau yang berlangsung sebulan, 1-30 Juni 2011," kata Kepala BPS Bali I Gede Suarsa di Denpasar, Rabu.

Ia mengatakan, sensus tesebut merupakan program nasional yang pelaksanaannya dilakukan BPS bekerja sama dengan Kementerian Pertanian, termasuk dengan Dinas Peternakan Provinsi Bali.

Pendataan terhadap populasi sapi dan kerbai itu sebagai upaya mendukung Indonesia menjadi negara swasembada daging pada tahun 2014.

Melalui pelaksanaan sensus kali ini, kata dia, pihaknya ingin mengetahui secara rinci terhadap ketersediaan populasi ternak sapi potong yang bermutu dalam memenuhi kebutuhan masyarakat, hotel dan restoran di Pulau Dewata, termasuk sebagai matadagangan antarpulau.

Suarsa menjelaskan, pendataan seluruh ternak milik masyarakat di Bali dilakukan secara bersamaan dengan sensus serupa yang digelar di seluruh daerah lain di Indonesia.

"Dengan mengetahui kondisi riil yang ada di lapangan, diharapkan mampu mendukung kebijakan pemerintah dalam mengembangkan sektor peternakan, sekaligus berswasembada daging pada tahun 2014," ujar Suarsa.

Masyarakat Bali khususnya para peternak, diharapkan dapat membantu petugas sensus dalam memberikan informasi yang jujur dan lengkap tentang aneka jenis ternak yang dimilikinya.

"Masyarakat jangan takut untuk memberikan informasi, karena data yang diperoleh dari setiap pemilik ternak seperti kerbau dan sapi, tidak untuk dipungut pajak," ujar Gede Suarsa.

Sapi potong yang dipelihara peternak secara perorangan di Bali merupakan satwa yang sangat laris sebagai matadagangan antarpulau dalam memenuhi kebutuhan daging bagi masyarakat ibu kota Jakarta.

Kepala Dinas Peternakan Provinsi Bali Putu Sumantra mengatakan bahwa pihaknya melakukan pembatasan kuota perdagangan sapi antarpulau maupun pemotongan dalam memenuhi konsumsi masyarakat, termasuk sebagai bahan baku pabrik pengolahan daging di Bali.

"Hal itu kami lakukan sebagai upaya menjaga keseimbangan populasi sapi bali di Pulau Dewata," ucapnya.

Selama 2011, kata dia, pihaknya menetapkan jatah perdagangan sapi antarpulau sebanyak 64.573 ekor, meningkat 2.573 ekor dari jatah murni 2010 yang hanya 62.000 ekor.

Kuota perdagangan sapi antarpulau itu diharapkan dapat mencukupi kebutuhan dalam waktu setahun, sehingga pengirimannya dipatok rata-rata 4.600 ekor untuik setiap bulannya.

Khusus menjelang Idul Fitri, Idul Adha, Hari Raya Natal dan hari-hari besar keagamaan lainnya, perdagangan ditingkatkan dua kali lipat menjadi 9.200 ekor.

Dengan demikian, kebutuhan perdagangan sapi antarpulau sepanjang tahun 2011 dapat dipenuhi tanpa melakukan penambahan kuota.

Putu Sumantra menambahkan, Bali selama 2010 mengirim 72.000 ekor sapi antarpulau dari jatah murni semula 62.000 ekor, yang kemudian kuotanya ditambah lagi 10.000 ekor.

Populasi sapi di Bali kini tercatat 675.419 ekor dalam lima tahun terakhir, meningkat rata-rata 3,41 persen setiap tahunnya, ujar Putu Sumantra.(*)

Pewarta:

Editor : Nyoman Budhiana


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2011