Tekun, teliti, dan cekatan, itulah sosok pengrajin perak di Desa Celuk, Kabupaten Gianyar. Kedua tangan itu memegang alat untuk menempelkan serpihan perak atau emas cair di sekeliling cincin maupun aneka perhiasan lainnya.
Sementara itu, kakinya bergerak memompa gas api yang berfungsi memanaskan serpihan perak agar benda itu tetap cair hingga tetap kuat melekat saat terkena terpaan angin.
Pemandangan seperti itu terlihat di tepi jalan sepanjang jalur utama Denpasar-Ubud, tepatnya di Desa Celuk, yang merupakan sentra kerajinan emas dan perak di Pulau Dewata.
Industri rumah tangga yang bergelut dengan kerajinan berbahan baku perak atau emas itu memerlukan pengalaman dan keterampilan khusus.
Sebuah meja kerja dengan peralatan yang sangat sederhana itu berderet di teras rumah masing-masing pengrajin, berkat kesungguhan pemiliknya mampu menghasilkan produk aneka perhiasan yang menjadi salah satu cendera mata khas Pulau Dewata yang menembus pasaran mancanegara.
Untuk memacu promosi dan meningkatkan pemasaran hasil kreativitas kerajinan perak dan emas, desa setempat akan menggelar kegiatan "Celuk Jewellery Festival 2017", mulai 13 hingga 15 Oktober 2017.
Menurut Ketua Panitia Celuk Jewellery Festival (CJF) 2017 Ketut Widi Putra kegiatan tersebut merupakan yang kedua kalinya. Festival ini diharapkan dapat dilaksanakan secara kontinu sebagai upaya promosi dan meningkatkan pemasaran hasil produksi skala rumah tangga yang ditekuni sebagian besar masyarakat setempat.
Festival tersebut mengusung tema "Mahakarya Mustika Nusantara" melibatkan 68 peserta yang terdiri atas 24 usaha kecil dan menengah (UKM) yang bergerak dalam bidang perhiasan, sebanyak 24 warung kuliner dan 20 peserta pameran aneka produk.
Celuk Jewellery Festival 2017 yang juga bekerja sama dengan LKBN Antara Biro Bali itu diharapkan menjadi ajang promosi dan penjualan hasil karya dan kreativitas masyarakat Desa Celuk dalam bentuk seni, kerajinan perak, kuliner, maupun busana.
Semua kegiatan itu dikemas dalam rangkaian acara yang menarik meliputi pameran aneka jenis perhiasan (jewellery expo), pameran aneka produk, lomba, seminar, lokakarya, pagelaran seni budaya, kelas pembuatan kerajinan, peragaan busana, dan musik.
Khusus peragaan busana yang diharapkan mampu menarik perhatian masyarakat, termasuk wisatawan mancanegara yang sedang menikmati liburan di Pulau Dewata dirancang Tjok Abi dan Sintha Chrisna Boutique yang dikolaborasikan dengan koleksi aksessoris dari para pengrajin perhiasan perak warga Desa Celuk.
Kegiatan seminar kewirausahaan dengan pembicara Ketua Apindo Bali Panudiana Khun, pendiri "Mangsi Coffee" Windu Segara Senat, praktisi pariwisata Cokorde Gede Putra Sukawati, pemilik Museum Arma Ubud Anak Agung Arma, dan Ketua Yayasan Tri Hita Karana Gusti Ngurah Wisnu Wardhana.
Inovasi Potensi Daerah
Bupati Gianyar Anak Agung Gede Bharata memberikan apresiasi dan mendukung pelaksanaan "Celuk Jewellery Festival" yang digagas masyarakat setempat sebagai upaya melestarikan seni budaya dan melakukan inovasi terhadap potensi daerah yang selama ini telah dikenal masyarakat internasional.
Lewat kegiatan festival di tingkat desa diharapkan mampu melestarikan seni dan budaya, mulai dari tarian hingga potensi lainnya yang mampu mengangkat tingkat kesejahteraan masyarakat yang lebih baik.
Hal itu penting karena pelastarian seni budaya dan potensi daerah mampu menjadi modal dalam menghadapi perkembangan zaman globalisasi yang memberi kebebasan manusia untuk melakukan perdagangan, termasuk transformasi kebudayaan.
Oleh sebab itu, masyarakat masyarakat Gianyar yang selama ini dikenal sebagai daerah "gudang seni" mampu melestarikan seni budaya warisan leluhur dengan baik sehingga seni dan budaya itu tetap kukuh dan lestari.
Kelestarian seni dan budaya pada era globalisasi menghadapi persaingan cukup ketat dengan budaya barat sehingga menuntut adanya "filterisasi" salah satunya dengan menyelenggarakan festival-festival di daerah setempat.
Untuk itu, Pemerintah Kabupaten Gianyar sangat mendukung dan mendorong agar pelestarian budaya dapat berjalan secara berkesinambungan sehingga seni dan budaya tetap lestari.
Pelestarian budaya menurut Bupati Agung Bharata terletak pada kemampuan generasi muda. Oleh karena itu, semangat generasi muda patut diapresiasi, salah satunya dengan penyelenggaraan "Celuk Jewellery Festival".
Kegiatan itu sekaligus bagian dari promosi pariwisata Bali. Desa Celuk (Gianyar) sudah terkenal sejak dahulu dengan kerajinan emas dan perak. Sampai saat ini pun masih tetap eksis.
Urus HAKI
Bupati Anak Agung Gede Bharata juga mendorong pengrajin emas dan perak di Desa Celuk untuk melakukan pendaftaran hak atas kekayaan intelektual (HAKI) Kementerian Hukum dan HAM sebagai upaya melindungi hasil khas kerajinan desa setempat.
Hal itu dinilai sangat penting dan mendesak karena hasil kerajinan perak dan emas Desa Celuk, Kabupaten Gianya menjadi ikon yang selama ini telah dikenal masyarakat internasional.
Hak paten yang dimiliki pengrajin Desa Celuk sangat penting sebagai upaya mengantisipasi adanya plagiat produk oleh orang lain tidak bertanggung jawab di dalam negeri maupun dari negara lain.
Dengan hak paten tersebut, mempunyai kekuatan hukum sehingga jika ada yang menggunakan atau memproduksi kerajinan itu bisa menggugatnya atau mendapatkan hasil dari HAKI tersebut.
Untuk mendapatkan HAKI, kata dia, memang ada persyaratan dalam pengajuannya. Namun, pemerintah kabupaten akan membantu dalam pengajuan produk-produk kerajinan seni itu ke lembaga tersebut.
Hal itu penting karena pada era globalisasi apa saja bisa ditiru mirip dengan aslinya. Oleh sebab itu, langkah dalam pelestarian dan pengamanan hasil produk kerajinan Desa Celuk yang sudah diakui di mancanegara tidak terancam diperlukanlah pendaftaran HAKI.
Pendaftaran untuk mendapatkan HAKI sangat penting dalam memproteksi hasil kerajinan oleh tangan-tangan terampil warga masyarakat Desa Celuk, kata Bupati Agung Bharata. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017
Sementara itu, kakinya bergerak memompa gas api yang berfungsi memanaskan serpihan perak agar benda itu tetap cair hingga tetap kuat melekat saat terkena terpaan angin.
Pemandangan seperti itu terlihat di tepi jalan sepanjang jalur utama Denpasar-Ubud, tepatnya di Desa Celuk, yang merupakan sentra kerajinan emas dan perak di Pulau Dewata.
Industri rumah tangga yang bergelut dengan kerajinan berbahan baku perak atau emas itu memerlukan pengalaman dan keterampilan khusus.
Sebuah meja kerja dengan peralatan yang sangat sederhana itu berderet di teras rumah masing-masing pengrajin, berkat kesungguhan pemiliknya mampu menghasilkan produk aneka perhiasan yang menjadi salah satu cendera mata khas Pulau Dewata yang menembus pasaran mancanegara.
Untuk memacu promosi dan meningkatkan pemasaran hasil kreativitas kerajinan perak dan emas, desa setempat akan menggelar kegiatan "Celuk Jewellery Festival 2017", mulai 13 hingga 15 Oktober 2017.
Menurut Ketua Panitia Celuk Jewellery Festival (CJF) 2017 Ketut Widi Putra kegiatan tersebut merupakan yang kedua kalinya. Festival ini diharapkan dapat dilaksanakan secara kontinu sebagai upaya promosi dan meningkatkan pemasaran hasil produksi skala rumah tangga yang ditekuni sebagian besar masyarakat setempat.
Festival tersebut mengusung tema "Mahakarya Mustika Nusantara" melibatkan 68 peserta yang terdiri atas 24 usaha kecil dan menengah (UKM) yang bergerak dalam bidang perhiasan, sebanyak 24 warung kuliner dan 20 peserta pameran aneka produk.
Celuk Jewellery Festival 2017 yang juga bekerja sama dengan LKBN Antara Biro Bali itu diharapkan menjadi ajang promosi dan penjualan hasil karya dan kreativitas masyarakat Desa Celuk dalam bentuk seni, kerajinan perak, kuliner, maupun busana.
Semua kegiatan itu dikemas dalam rangkaian acara yang menarik meliputi pameran aneka jenis perhiasan (jewellery expo), pameran aneka produk, lomba, seminar, lokakarya, pagelaran seni budaya, kelas pembuatan kerajinan, peragaan busana, dan musik.
Khusus peragaan busana yang diharapkan mampu menarik perhatian masyarakat, termasuk wisatawan mancanegara yang sedang menikmati liburan di Pulau Dewata dirancang Tjok Abi dan Sintha Chrisna Boutique yang dikolaborasikan dengan koleksi aksessoris dari para pengrajin perhiasan perak warga Desa Celuk.
Kegiatan seminar kewirausahaan dengan pembicara Ketua Apindo Bali Panudiana Khun, pendiri "Mangsi Coffee" Windu Segara Senat, praktisi pariwisata Cokorde Gede Putra Sukawati, pemilik Museum Arma Ubud Anak Agung Arma, dan Ketua Yayasan Tri Hita Karana Gusti Ngurah Wisnu Wardhana.
Inovasi Potensi Daerah
Bupati Gianyar Anak Agung Gede Bharata memberikan apresiasi dan mendukung pelaksanaan "Celuk Jewellery Festival" yang digagas masyarakat setempat sebagai upaya melestarikan seni budaya dan melakukan inovasi terhadap potensi daerah yang selama ini telah dikenal masyarakat internasional.
Lewat kegiatan festival di tingkat desa diharapkan mampu melestarikan seni dan budaya, mulai dari tarian hingga potensi lainnya yang mampu mengangkat tingkat kesejahteraan masyarakat yang lebih baik.
Hal itu penting karena pelastarian seni budaya dan potensi daerah mampu menjadi modal dalam menghadapi perkembangan zaman globalisasi yang memberi kebebasan manusia untuk melakukan perdagangan, termasuk transformasi kebudayaan.
Oleh sebab itu, masyarakat masyarakat Gianyar yang selama ini dikenal sebagai daerah "gudang seni" mampu melestarikan seni budaya warisan leluhur dengan baik sehingga seni dan budaya itu tetap kukuh dan lestari.
Kelestarian seni dan budaya pada era globalisasi menghadapi persaingan cukup ketat dengan budaya barat sehingga menuntut adanya "filterisasi" salah satunya dengan menyelenggarakan festival-festival di daerah setempat.
Untuk itu, Pemerintah Kabupaten Gianyar sangat mendukung dan mendorong agar pelestarian budaya dapat berjalan secara berkesinambungan sehingga seni dan budaya tetap lestari.
Pelestarian budaya menurut Bupati Agung Bharata terletak pada kemampuan generasi muda. Oleh karena itu, semangat generasi muda patut diapresiasi, salah satunya dengan penyelenggaraan "Celuk Jewellery Festival".
Kegiatan itu sekaligus bagian dari promosi pariwisata Bali. Desa Celuk (Gianyar) sudah terkenal sejak dahulu dengan kerajinan emas dan perak. Sampai saat ini pun masih tetap eksis.
Urus HAKI
Bupati Anak Agung Gede Bharata juga mendorong pengrajin emas dan perak di Desa Celuk untuk melakukan pendaftaran hak atas kekayaan intelektual (HAKI) Kementerian Hukum dan HAM sebagai upaya melindungi hasil khas kerajinan desa setempat.
Hal itu dinilai sangat penting dan mendesak karena hasil kerajinan perak dan emas Desa Celuk, Kabupaten Gianya menjadi ikon yang selama ini telah dikenal masyarakat internasional.
Hak paten yang dimiliki pengrajin Desa Celuk sangat penting sebagai upaya mengantisipasi adanya plagiat produk oleh orang lain tidak bertanggung jawab di dalam negeri maupun dari negara lain.
Dengan hak paten tersebut, mempunyai kekuatan hukum sehingga jika ada yang menggunakan atau memproduksi kerajinan itu bisa menggugatnya atau mendapatkan hasil dari HAKI tersebut.
Untuk mendapatkan HAKI, kata dia, memang ada persyaratan dalam pengajuannya. Namun, pemerintah kabupaten akan membantu dalam pengajuan produk-produk kerajinan seni itu ke lembaga tersebut.
Hal itu penting karena pada era globalisasi apa saja bisa ditiru mirip dengan aslinya. Oleh sebab itu, langkah dalam pelestarian dan pengamanan hasil produk kerajinan Desa Celuk yang sudah diakui di mancanegara tidak terancam diperlukanlah pendaftaran HAKI.
Pendaftaran untuk mendapatkan HAKI sangat penting dalam memproteksi hasil kerajinan oleh tangan-tangan terampil warga masyarakat Desa Celuk, kata Bupati Agung Bharata. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017