Denpasar (Antara Bali) - Pembina Yayasan Wisnu Made Suarnata mengatakan setiap desa wisata seharusnya memiliki dan menampilkan keunikan masing-masing sehingga dapat menarik kunjungan wisatawan.
"Kalau mendeklarasikan diri sebagai destinasi wisata, apakah desa memiliki keunikan sendiri dan mampu melihat sebagai kepemilikan yang harus dibagikan kepada pihak-pihak yang tertarik," kata Suarnata yang juga pendiri Yayasan Wisnu itu, di Denpasar, Selasa.
Yayasan Wisnu sendiri, ujar dia, selama ini bergerak dalam bidang pemberdayaan masyarakat, pengembangan desa wisata dan membangun kewirausahaan sosial di desa.
Menurut dia, jika kehadiran desa wisata ditujukan tidak semata-mata hanya untuk menjalankan proyek pemerintah, maka untuk pengembangannya itu elemennya sangat kompleks.
"Elemennya menyangkut ruang, orang, keahlian, koneksitasnya, kapasitas yang dibutuhkan, hingga tamu yang akan disasar, dan sebagainya," ucap pria yang sebelumnya menjadi Ketua Yayasan Wisnu itu.
Desa wisata, lanjut dia, semestinya harus mampu menampilkan kelebihan dan manfaatnya, tidak hanya bagi wisatawan, tetapi juga untuk masyarakat di dalamnya.
"Dengan demikian, desa wisata akan bisa pula menjadi tarikan dan inspirasi bagi daerah di sekitarnya," kata Suarnata.
Meskipun desa-desa di Bali itu banyak memiliki keunikan tersendiri, namun lanjut dia, tidak mungkin juga semuanya menjadi destinasi.
Desa wisata seyogyanya memiliki karakter masing-masing dan terpola manajemen aktivitasnya. Apalagi kalau pola aktivitasnya bisa lebih atraktif dan interaktif.
"Kalau orang mau masuk ke desa, aktivitas apa yang dikerjakan, ketertarikan apa yang dimiliki dan bagaimana berinteraksi dengan masyarakat. Bagaimana pula kesiapan wisatawan untuk memperoleh makan dan minum. Tidak perlu mewah, tetapi faktor kesehatan juga harus diperhatikan," ujar Suarnata. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017
"Kalau mendeklarasikan diri sebagai destinasi wisata, apakah desa memiliki keunikan sendiri dan mampu melihat sebagai kepemilikan yang harus dibagikan kepada pihak-pihak yang tertarik," kata Suarnata yang juga pendiri Yayasan Wisnu itu, di Denpasar, Selasa.
Yayasan Wisnu sendiri, ujar dia, selama ini bergerak dalam bidang pemberdayaan masyarakat, pengembangan desa wisata dan membangun kewirausahaan sosial di desa.
Menurut dia, jika kehadiran desa wisata ditujukan tidak semata-mata hanya untuk menjalankan proyek pemerintah, maka untuk pengembangannya itu elemennya sangat kompleks.
"Elemennya menyangkut ruang, orang, keahlian, koneksitasnya, kapasitas yang dibutuhkan, hingga tamu yang akan disasar, dan sebagainya," ucap pria yang sebelumnya menjadi Ketua Yayasan Wisnu itu.
Desa wisata, lanjut dia, semestinya harus mampu menampilkan kelebihan dan manfaatnya, tidak hanya bagi wisatawan, tetapi juga untuk masyarakat di dalamnya.
"Dengan demikian, desa wisata akan bisa pula menjadi tarikan dan inspirasi bagi daerah di sekitarnya," kata Suarnata.
Meskipun desa-desa di Bali itu banyak memiliki keunikan tersendiri, namun lanjut dia, tidak mungkin juga semuanya menjadi destinasi.
Desa wisata seyogyanya memiliki karakter masing-masing dan terpola manajemen aktivitasnya. Apalagi kalau pola aktivitasnya bisa lebih atraktif dan interaktif.
"Kalau orang mau masuk ke desa, aktivitas apa yang dikerjakan, ketertarikan apa yang dimiliki dan bagaimana berinteraksi dengan masyarakat. Bagaimana pula kesiapan wisatawan untuk memperoleh makan dan minum. Tidak perlu mewah, tetapi faktor kesehatan juga harus diperhatikan," ujar Suarnata. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017