Sebanyak 180 mahasiswa Jurusan Farmasi Politeknik Harapan Bersama Tegal, Jawa Tengah, mengadakan kunjungan kerja lapangan ke Pak Oles Green School di Denpasar Timur, Bali, sebagai upaya mendukung proses belajar mengajar mahasiswa perguruan tinggi tersebut.

"Mereka datang dengan menggunakan empat bus didampingi 15 dosen pembimbing," kata Kepala Pak Oles Green School (POGS) Denpasar Koenjoro Adijanto di Denpasar, Sabtu.

Ia mengatakan ratusan mahasiswa yang melakukan kunjungan lapangan itu pada Kamis (10/8) mendapat penjelasan tentang cikal bakal berdirinya PT Karya Pak Oles Tokcer (KPOT) yang bergerak dalam bidang obat herbal dan produk pertanian.

"Dari teknologi Effective Migroorganisme (EM) yang dipelajari oleh Gede Ngurah Wididana yang akrab disapa Pak Oles di Jepang berhasil membuat turunan produk dengan banyak varian yang sangat bermanfaat bagi kesehatan masyarakat," ujar Koenjoro Adijanto.

Salah satu produk turunan EM yang dikenal secara meluas berbagai daerah di Indonesia maupun mancanegara adalah Minyak Oles Bokashi yang dirintis sejak 1997.

Kini, ujarnya, Industri Obat Tradisional Karya Pak Oles Tokcer telah memiliki banyak produk berstandar Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) yang mampu menembus pasaran dalam dan luar negeri.

Di Industri Obat Tradisional Karya Pak Oles Tokcer yang kini menampung sekitar 2.000 tenaga kerja tersebar di berbagai daerah di Indonesia itu, para mahasiswa juga diajak berkeliling kebun untuk melihat miniatur tanaman obat seluas 40 are tersebut.

Mereka menyaksikan berbagai jenis tanaman obat yang merupakan bahan baku dari produk IOT KPOT. Semua mahasiswa terlihat sibuk mengamati dan mencatat berbagai jenis tanaman obat, baik yang sering dijumpai maupun tanaman langka.

Kepala Program Studi DIII Farmasi Politeknik Harapan Bersama Tegal, Jateng, Heru Nurcahyo, mengatakan kunjungan ke POGS merupakan program tahunan.

"Sekolah kami mempunyai bidang unggulan, yakni obat herbal, sehingga sangat sesuai dengan Pak Oles yang bergerak di bidang herbal dan organik. Kami harapkan siswa dapat pemahaman dari input, proses, `output` sampai pemasaran sebuah produk dan ini bisa menjadi bekal bagi mahasiswa dan mereka siap menjadi wiraswasta," katanya.

Paling tidak, ujarnya, 20 persen dari mahasiswa yang hadir di tempat itu diharapkan bisa melakukan dan meniru jejak sosok Gede Ngurah Wididana, salah seorang putra terbaik Bali yang sukses dalam mengembangkan usaha ekonomi kreatif.

Mahasiswa Prodi Farmasi selama ini telah belajar mengekstrak dan mempunyai sejumlah produk dalam bentuk minyak dan kosmetik.

Ada sejumlah produk yang sudah dihasilkan salah satunya "friend care" yang tinggal menunggu perizinan dari BPOM dan kosmetika dari bahan alam.

Di kampusnya, katanya, ada pelajaran farmakognisi yang mempelajari tentang bagian-bagian tanaman atau hewan yang dapat digunakan sebagai obat alami yang telah melewati berbagai macam uji, seperti uji farmakodinamik, uji toksikologi, dan uji biofarmasetika.

Ia menjelaskan hasil dari kunjungan tersebut, ke depannya akan dilakukan penelitian sesuai dengan bidang yang dimiliki, yaitu Tri Dharma yakni pendidikan, penelitian dan seminar, serta kegiatan positif bidang bahan alam.

Saat ini, kata Heru, eksistensi produk herbal di Tegal, khususnya Jawa Tengah, cukup tinggi bisa dilihat dari semakin berkembangnya industri kecil herbal.

"Perkembangan obat herbal di Tegal cukup pesat dengan semakin tumbuhnya Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT) dan juga terdapat wisata kesehatan jamu namun di masyarakat masih kurang hidup," katanya.

Oleh sebab itu, pihaknya ingin menjadikan mahasiswa sebagai pioner agar masyarakat lebih dekat dengan herbal.

Untuk merealisasikan hal itu, pihaknya menerapkan bidang pengabdian pada masyarakat,

Selain itu, ujarnya, berupaya selalu kembali ke alam dengan harapan produk alam lebih bergairah dan meningkat. (WDY)

Pewarta: Pewarta: I Ketut Sutika

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017