Ankara (Antara Bali) - Indonesia dan Turki disebut memiliki semangat
yang sama untuk memberantas terorisme termasuk Foreign Terrorist
Fighters (FTF).
Hal itu disampaikan Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi di Ankara, Rabu, setelah pertemuan bilateral dengan Pemerintah Turki yang diwakili Menteri Dalam Negeri Turki.
"Spiritnya kan sama dalam artian kita kerja sama memberantas terorisme. Spirit itu yang terus kita gunakan," kata Retno.
Pemerintah Turki sendiri, kata Retno, menyadari bahwa negaranya ibarat sebuah laboratorium yang memiliki tantangan yang besar dalam konteks pemberantasan terorisme.
"Memang kita lihat kan tantangannya Turki begitu besarnya karena letak geografisnya berdekatan dengan Suriah selain harus mengelola FTF yang akan masuk dari Suriah melalui Turki. Dia juga harus menangani orang yang akan masuk dari Suriah ke Turki. Jadi tantangannya jauh lebih besar Turki ini," katanya.
Oleh karena itu, kedua negara sepakat untuk mengembangkan kerja sama penanganan terorisme dan radikalisme.
Hal itu pula yang akan ditindaklanjuti oleh Presiden kedua negara dalam pertemuan bilateral yang akan digelar di Ankara pada 6 Juli 2017.
Kedua negara, kata Retno, sepakat bahwa semakin dibutuhkannya peran negara-negara Islam, demokratis, dan moderat sebagai negara yang berada di garis terdepan dalam menghadapi radikalisme dan terorisme. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017
Hal itu disampaikan Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi di Ankara, Rabu, setelah pertemuan bilateral dengan Pemerintah Turki yang diwakili Menteri Dalam Negeri Turki.
"Spiritnya kan sama dalam artian kita kerja sama memberantas terorisme. Spirit itu yang terus kita gunakan," kata Retno.
Pemerintah Turki sendiri, kata Retno, menyadari bahwa negaranya ibarat sebuah laboratorium yang memiliki tantangan yang besar dalam konteks pemberantasan terorisme.
"Memang kita lihat kan tantangannya Turki begitu besarnya karena letak geografisnya berdekatan dengan Suriah selain harus mengelola FTF yang akan masuk dari Suriah melalui Turki. Dia juga harus menangani orang yang akan masuk dari Suriah ke Turki. Jadi tantangannya jauh lebih besar Turki ini," katanya.
Oleh karena itu, kedua negara sepakat untuk mengembangkan kerja sama penanganan terorisme dan radikalisme.
Hal itu pula yang akan ditindaklanjuti oleh Presiden kedua negara dalam pertemuan bilateral yang akan digelar di Ankara pada 6 Juli 2017.
Kedua negara, kata Retno, sepakat bahwa semakin dibutuhkannya peran negara-negara Islam, demokratis, dan moderat sebagai negara yang berada di garis terdepan dalam menghadapi radikalisme dan terorisme. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017