Denpasar (Antara Bali) - Gubernur Bali Made Mangku Pastika mengajak semua pihak untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap kejahatan yang memanfaatkan perkembangan teknologi komputer khususnya internet atau "cyber crime" yang akhir-akhir ini semakin mengkhawatirkan.

"Kita menghadapi musuh yang tidak terlihat, namanya juga dunia maya. Meski demikian bukan berarti tidak berbahaya. Saya minta `awareness`, kewaspadaan, kepedulian terhadap hal-hal yang bersifat IT ini. Terutama pimpinan agar paham situasi ini (cyber crime) agar tidak menjadi korban," kata Pastika saat menyampaikan arahan pada "Cyber Awareness Workshop" di Denpasar, Kamis.

Menurut dia, hal ini sudah terbukti dengan kejadian beberapa minggu terakhir terkait adanya Virus Ransomware Wannacry. Virus ini menyerang berbagai fasilitas yang terhubung internet di berbagai belahan dunia.

Bahkan di Indonesia, RS Kanker Dharmais Jakarta menjadi korban virus ini. Karakter virus ini mengunci dan menyandera data pasien kemudian meminta tebusan sejumlah uang untuk membuka data.

Akibatnya mengganggu pelayanan terhadap pasien, menyebabkan penumpukan antrean dan mengubah jadwal berobat pasien sehingga proses di RS terpaksa dimanualkan, sementara karena virus terdeteksi di 60 komputer yang ada.

Virus Ransomware Wannacry dikabarkan melintasi lebih 150 negara serta menyerang jaringan komputer institusi-institusi strategis seperti rumah sakit, kantor pemerintah serta fasilitas umum lainnya.

Seluruh dunia merasa di teror atas ancaman keberlanjutan sistem pelayanan dan bahkan server data institusi mereka. "Hal ini tidak bisa dipandang remeh dan kita wajib mengetahui dan memahami kondisi ini," ujarnya.

Pastika menambahkan, salah satu efek negatif dari perkembangan dunia siber di internet adalah kejahatan dalam bentuk pelanggaran hukum.

"Yang apabila eskalasinya luas dapat mengancam kedaulatan negara, keutuhan wilayah maupun keselamatan bangsa. Kelompok yang berkepentingan sangat mudah untuk melakukan hal tersebut tanpa perlu mengeluarkan banyak biaya maupun sumber daya," katanya.

Karena itu, Pastika berharap seluruh pejabat struktural Pemerintah Provinsi Bali tetap berusaha mempelajari dan memahami terkait dengan hal-hal IT ini.

Kemudian memfasilitasi dan meneruskan kepada seluruh staf agar juga mengetahui dan waspada akan potensi ancaman yang muncul dan mengganggu.

Sementara itu, Kepala Dinas Komunikasi Informasi dan Statistik Provinsi Bali Nyoman Sujaya dalam laporannya mengatakan bahwa "Cyber Awareness Workshop" dilaksanakan sebagai wujud menyikapi situasi yang berkembang dewasa ini.

Menurut dia, gerakan yang bernuansa SARA dengan "antitesa" gerakan kebangsaan, belakangan ini begitu massif terjadi di Tanah Air dengan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi melalui media sosial.

Pemerintah Provinsi Bali, ujar Sujaya, sebagai bagian Integral dari sistem pemerintahan Republik Indonesia perlu suatu gerakan untuk meningkatkan kesadaran baik sebagai individu maupun sebagai aparatur sipil negara (ASN) untuk menyikapi situasi yang berkembang saat ini.

Kegiatan ini dilaksanakan untuk membangun kesadaran individu dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sebagai dampak pemanfaatan kemajuan teknologi informasi.

"Tak hanya itu, kegiatan ini untuk memperoleh pemahaman bersama dalam hal cyber world beserta turunannya, serta memformulasikan langkah-langkah konkret atas tindakan sebagai individu maupun penyelenggara negara," katanya.

Narasumber pada "Cyber Awareness Workshop" ini adalah Putu Gede Budayasa, Ni Putu Suci Meinarni dan IB Ari Indra Iswara dari Sekolah Tinggi Ilmu Komputer dan Informatika (STIKI) Indonesia serta Andi Prasetyo dari Polda Bali.

Acara tersebut diikuti pimpinan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di lingkungan Pemprov Bali maupun pejabat eselon III di lingkungan Pemprov Bali.  (WDY)

Pewarta: Pewarta: Ni Luh Rhismawati

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017