Jakarta (Antara Bali) - Deputi IV Bidang Koordinasi SDM, IPTEK dan
Budaya Maritim Kementerian Koordinasi Kemaritiman Dr Ir Safri
Burhanuddin mengatakan bahwa masalah sampah yang ada di laut tidak
mengenali batas negara, sehingga hal tersebut telah menjadi masalah
regional, bahkan internasional.
Hal tersebut disampaikan oleh Safri di Jakarta, Senin, usai menjadi salah satu pembicara dalam panel diskusi bertajuk Combatting Marine Plastic Debris, yang diadakan dalam rangkaian IORA Ministerial Blue Economy Conference yang kedua.
Konferensi yang digelar oleh Kemenko Maritim tersebut melibatkan 21 negara anggota Indian Ocean Rim Association (IORA).
Lebih lanjut, Safri mengatakan bahwa Indonesia telah menawarkan sebuah kerjasama kepada negara-negara yang tergabung dalam asosiasi tersebut untunk menangani masalah sampah di laut Samudera Hindia.
"Kalau kita lihat dari penyebarannya samudera hindia itu menjadi tempat pengumpulan sampah nomor 2 setelah samudera pasifik. Yang kami tawarkan dalam hal ini adalah sebuah kerjasama untuk menangani masalah itu, karena mau atau tidak mau, kita tahu masalah sampah tidak kenal batas negara," papar Safri.
Adapun bentuk kerjasama tersebut, Safri menjelaskan bahwa pihaknya bekerja sama dengan Australia, dimana mereka memiliki riset-riset yang akan dikolaborasikan dengan Kemenko Maritim dengan melakukan tracking terhadap penyebaran sampah yang ada.
"Dari tracking ini kita bisa tahu dimana sampahnya dan apa yang harus kita lakukan," jelasnya
Hal tersebut merupakan langkah pencegahan yang dapat diambil oleh pemerintah karena ketika sampah-sampah tersebut sudah sampai ke samudera, biaya penanggulangan sampah tersebut bisa menjadi 10 kali lipat lebih mahal dibanding biaya dari langkah pencegahan tersebut, ujar Safri. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017
Hal tersebut disampaikan oleh Safri di Jakarta, Senin, usai menjadi salah satu pembicara dalam panel diskusi bertajuk Combatting Marine Plastic Debris, yang diadakan dalam rangkaian IORA Ministerial Blue Economy Conference yang kedua.
Konferensi yang digelar oleh Kemenko Maritim tersebut melibatkan 21 negara anggota Indian Ocean Rim Association (IORA).
Lebih lanjut, Safri mengatakan bahwa Indonesia telah menawarkan sebuah kerjasama kepada negara-negara yang tergabung dalam asosiasi tersebut untunk menangani masalah sampah di laut Samudera Hindia.
"Kalau kita lihat dari penyebarannya samudera hindia itu menjadi tempat pengumpulan sampah nomor 2 setelah samudera pasifik. Yang kami tawarkan dalam hal ini adalah sebuah kerjasama untuk menangani masalah itu, karena mau atau tidak mau, kita tahu masalah sampah tidak kenal batas negara," papar Safri.
Adapun bentuk kerjasama tersebut, Safri menjelaskan bahwa pihaknya bekerja sama dengan Australia, dimana mereka memiliki riset-riset yang akan dikolaborasikan dengan Kemenko Maritim dengan melakukan tracking terhadap penyebaran sampah yang ada.
"Dari tracking ini kita bisa tahu dimana sampahnya dan apa yang harus kita lakukan," jelasnya
Hal tersebut merupakan langkah pencegahan yang dapat diambil oleh pemerintah karena ketika sampah-sampah tersebut sudah sampai ke samudera, biaya penanggulangan sampah tersebut bisa menjadi 10 kali lipat lebih mahal dibanding biaya dari langkah pencegahan tersebut, ujar Safri. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017