Denpasar (Antara Bali) - Dinas Tenaga Kerja dan Energi Sumber Daya Mineral Provinsi Bali menargetkan minimal 50 persen dari lowongan yang ditawarkan dalam Pameran Kesempatan Kerja 2017 dapat terisi oleh para pelamar.
"Saya sangat berharap dari 46.000 pengangguran di daerah kita dapat dikurangi lewat Job Fair kali ini," kata Kadis Tenaga Kerja dan ESDM Provinsi Bali Ketut Wija di sela Pembukaan Pameran Kesempatan Kerja (Job Fair) 2017 di Denpasar, Jumat.
Ia menyebutkan ada 40 perusahaan yang bergabung dalam bursa kerja kali ini dari berbagai bidang, seperti perbankan, retail, makanan/minuman, dan pariwisata. Total ada 4.583 lowongan pekerjaan yang diharapkan bisa menampung para pengangguran.
"Paling tidak dengan tiga sampai empat kali job fair dalam setahun ini, kita dapat mencicil untuk mengurangi 46.000 pengangguran yang ada. Ini baru dalam konteks job fair, kita juga ada bursa kerja online, itu juga mereka langsung kita pertemukan antara pencari kerja dengan lapangan pekerjaan," ujarnya.
Wija menambahkan bahwa rata-rata pertahun jumlah lowongan kerja di Bali sekitar 24.000 dan setengahnya di bidang pariwisata, termasuk kapal pesiar," ucapnya.
Namun, lanjut dia, untuk mengisi lowongan yang tersedia itu, ada permasalahan dari sisi sikap mental generasi muda Bali yang suka memilih-milih pekerjaan dan tidak sungguh-sungguh berniat untuk bekerja.
"Selain itu, karena ada `mismatch` atau ketidaksesuaian antara kompetensi yang dimiliki pencari kerja dan keterampilan yang dibutuhkan dunia usaha," katanya.
Wija mencontohkan ada RS swasta yang membutuhkan banyak sekali tenaga kerja dan penempatannya bukan hanya di Indonesia.
Namun, syaratnya harus memiliki pengalaman kerja dan menguasai bahasa Inggris, kadang itulah yang belum dimiliki para pencari kerja.
"Permasalahan lain adalah adik-adik kita di Bali tidak mau ditempatkan di luar Bali. Minta di Bali saja, Kalau rumahnya di Kabupaten Klungkung, minta di Klungkung. Kalau di Buleleng, minta ditempatkan di Buleleng," ujarnya.
Oleh karena itu, kata Wija, pola pikir seperti itu seharusnya diubah supaya anak-anak muda itu di awal mau mulai bekerja pokoknya mencari pengalaman dahulu.
"Kalau anak-anak kita sungguh-sungguh dan malu tidak bekerja seperti yang sering disampaikan Pak Gubernur jangan menjadi parasit, saya kira Bali tidak akan kekurangan lapangan pekerjaan. Yang penting mau kerja," kata Wija. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017
"Saya sangat berharap dari 46.000 pengangguran di daerah kita dapat dikurangi lewat Job Fair kali ini," kata Kadis Tenaga Kerja dan ESDM Provinsi Bali Ketut Wija di sela Pembukaan Pameran Kesempatan Kerja (Job Fair) 2017 di Denpasar, Jumat.
Ia menyebutkan ada 40 perusahaan yang bergabung dalam bursa kerja kali ini dari berbagai bidang, seperti perbankan, retail, makanan/minuman, dan pariwisata. Total ada 4.583 lowongan pekerjaan yang diharapkan bisa menampung para pengangguran.
"Paling tidak dengan tiga sampai empat kali job fair dalam setahun ini, kita dapat mencicil untuk mengurangi 46.000 pengangguran yang ada. Ini baru dalam konteks job fair, kita juga ada bursa kerja online, itu juga mereka langsung kita pertemukan antara pencari kerja dengan lapangan pekerjaan," ujarnya.
Wija menambahkan bahwa rata-rata pertahun jumlah lowongan kerja di Bali sekitar 24.000 dan setengahnya di bidang pariwisata, termasuk kapal pesiar," ucapnya.
Namun, lanjut dia, untuk mengisi lowongan yang tersedia itu, ada permasalahan dari sisi sikap mental generasi muda Bali yang suka memilih-milih pekerjaan dan tidak sungguh-sungguh berniat untuk bekerja.
"Selain itu, karena ada `mismatch` atau ketidaksesuaian antara kompetensi yang dimiliki pencari kerja dan keterampilan yang dibutuhkan dunia usaha," katanya.
Wija mencontohkan ada RS swasta yang membutuhkan banyak sekali tenaga kerja dan penempatannya bukan hanya di Indonesia.
Namun, syaratnya harus memiliki pengalaman kerja dan menguasai bahasa Inggris, kadang itulah yang belum dimiliki para pencari kerja.
"Permasalahan lain adalah adik-adik kita di Bali tidak mau ditempatkan di luar Bali. Minta di Bali saja, Kalau rumahnya di Kabupaten Klungkung, minta di Klungkung. Kalau di Buleleng, minta ditempatkan di Buleleng," ujarnya.
Oleh karena itu, kata Wija, pola pikir seperti itu seharusnya diubah supaya anak-anak muda itu di awal mau mulai bekerja pokoknya mencari pengalaman dahulu.
"Kalau anak-anak kita sungguh-sungguh dan malu tidak bekerja seperti yang sering disampaikan Pak Gubernur jangan menjadi parasit, saya kira Bali tidak akan kekurangan lapangan pekerjaan. Yang penting mau kerja," kata Wija. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017