Negara (Antara Bali) - Petani sejumlah desa di Kabupaten Jembrana terancam panen akibat banjir yang menggenangi sawah mereka beberapa hari terakhir.
Beberapa petani di Desa Mendoyo Dangin Tukad khususnya yang masuk Subak (kelompok irigasi khas Bali) Pecelengan Pedukuhan dan petani di Kelurahan Sangkaragung, Senin, pesimis bisa panen karena lahan padi maupun palawija mereka terendam air.
Gede Armawan, salah seorang petani di Dusun Samblong, Kelurahan Sangkaragung, Kecamatan Jembrana mengaku, dirinya tidak yakin bisa memetik hasil panen palawija untuk masa tanam saat ini.
"Sudah pasti gagal panen, padahal tanaman saya sudah mulai berbuah. Melihat cuaca, air tidak mungkin surut dalam waktu dekat," katanya.
Sedangkan di Subak Pecelengan, akibat tanggul sungai jebol, sekitar 50 hektare sawah terendam air bercampur lumpur, bahkan beberapa diantaranya tidak terlihat tanaman padi karena tertutup hamparan lumpur.
"Ada 145 hektare sawah yang masuk kelompok subak sini. Yang terdampak banjir 50 hektare, dengan lima hektare diantaranya paling parah padahal satu bulan lagi sudah panen," kata Ketua Subak Pecelengan Pedukuhan Komang Aryana.
Untuk mengeruk tanah dan lumpur yang menutup persawahan maupun saluran irigasi, ia berharap ada bantuan alat berat dari pemerintah.
Kepala Dinas Pertanian Dan Pangan Jembrana I Ketut Wiratma mengatakan, pihaknya memperkirakan puluhan hektare lahan pertanian akan mengalami gagal panen akibat banjir.
Menurutnya, data sementara yang ia terima, dampak banjir paling parah dirasakan petani di Subak Sangkaragung, Kawis, Tamblang, Dayu, Yeh Kuning dan Mertasari.
"Rata-rata lokasi sawahnya di Kecamatan Mendoyo dan Jembrana. Bagi petani yang mengikuti program asuransi usaha padi, bisa mendapatkan ganti rugi karena bencana banjir ini," katanya.(GBI)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017
Beberapa petani di Desa Mendoyo Dangin Tukad khususnya yang masuk Subak (kelompok irigasi khas Bali) Pecelengan Pedukuhan dan petani di Kelurahan Sangkaragung, Senin, pesimis bisa panen karena lahan padi maupun palawija mereka terendam air.
Gede Armawan, salah seorang petani di Dusun Samblong, Kelurahan Sangkaragung, Kecamatan Jembrana mengaku, dirinya tidak yakin bisa memetik hasil panen palawija untuk masa tanam saat ini.
"Sudah pasti gagal panen, padahal tanaman saya sudah mulai berbuah. Melihat cuaca, air tidak mungkin surut dalam waktu dekat," katanya.
Sedangkan di Subak Pecelengan, akibat tanggul sungai jebol, sekitar 50 hektare sawah terendam air bercampur lumpur, bahkan beberapa diantaranya tidak terlihat tanaman padi karena tertutup hamparan lumpur.
"Ada 145 hektare sawah yang masuk kelompok subak sini. Yang terdampak banjir 50 hektare, dengan lima hektare diantaranya paling parah padahal satu bulan lagi sudah panen," kata Ketua Subak Pecelengan Pedukuhan Komang Aryana.
Untuk mengeruk tanah dan lumpur yang menutup persawahan maupun saluran irigasi, ia berharap ada bantuan alat berat dari pemerintah.
Kepala Dinas Pertanian Dan Pangan Jembrana I Ketut Wiratma mengatakan, pihaknya memperkirakan puluhan hektare lahan pertanian akan mengalami gagal panen akibat banjir.
Menurutnya, data sementara yang ia terima, dampak banjir paling parah dirasakan petani di Subak Sangkaragung, Kawis, Tamblang, Dayu, Yeh Kuning dan Mertasari.
"Rata-rata lokasi sawahnya di Kecamatan Mendoyo dan Jembrana. Bagi petani yang mengikuti program asuransi usaha padi, bisa mendapatkan ganti rugi karena bencana banjir ini," katanya.(GBI)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017