Denpasar (Antara Bali) - Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Bali menggenjot stabilisasi harga dengan merancang pasar murah berkelanjutan untuk menekan tingkat inflasi yang melampaui nasional pada Januari 2017.

"Kami akan susun kembali pasar murah yang diharapkan dapat menjadi jangkar dalam penetapan harga dan menahan laju inflasi," kata Wakil Ketua TPID Bali Causa Iman Karana di Denpasar, Jumat.

Menurut Causa, laju inflasi dapat bersumber dari permintaan, penawaran dan ekspektasi pelaku ekonomi sehingga upaya yang ditempuh difokuskan dalam mengisi tiga sisi tersebut.

Program kerja TPID akan difokuskan pada aspek produksi, distribusi serta menjaga ekspektasi masyarakat melalui sosialisasi dan publikasi serta memberikan imbauan kepada masyarakat mengenai hal-hal yang diperlukan dalam upaya menjaga stabilitas harga.

Bulan pertama tahun 2017, Provinsi Bali mengalami inflasi sebesar 1,46 persen atau sebesar 4,13 persen jika dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya.

Pencapaian ini lebih tinggi dibandingkan dengan kondisi nasional yang juga mengalami inflasi sebesar 0,97 persen atau 3,49 persen.

Pencapaian inflasi ini lebih tinggi dibandingkan dengan proyeksi bank sentral itu.

Causa mengungkapkan tekanan inflasi Januari 2017 karena berlanjutnya dampak anomali cuaca terhadap produksi komoditas cabai rawit merah dan berkurangnya stok daging ayam ras.

Berdasarkan data harga sigapura.org, harga rata-rata cabai rawit merah di dua pasar tradisional di Denpasar pada Januari 2017 sebesar Rp102.275 per kilogram.

Sementara di Singaraja mencapai Rp100.810/kg. Selain itu, beberapa kebijakan pemerintah seperti penetapan biaya perpanjanqan STNK, kenaikan harga BBM non-subsidi, dan penyesuaian harga tarif listrik, serta kenaikan cukai rokok juga mendorong tekanan inflasi ini. (WDY)

Pewarta: Pewarta: Dewa Wiguna

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017