Denpasar (Antara Bali) - Peranan subsektor tanaman perkebunan rakyat (NTP-Pr) dalam membentuk nilai tukar petani (NTP) di Bali sebesar 105,74 persen pada bulan Desember 2016, turun 0,44 persen dibanding bulan sebelumnya tercatat 106,20 persen.
"Menurunnya subsektor tanaman perkebunan tersebut dipicu oleh indeks harga yang diterima petani (lt) merosot sebesar 0,37 persen," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Adi Nugroho di Denpasar, Sabtu.
Ia mengatakan indeks yang dibayar petani (lb) mengalami kenaikan sebesar 0,06 persen. Beberapa komoditas perkebunan yang memberikan andil atas menurunnya indeks yang diterima petani yakni kakao, tembakau dan cengkeh.
Di sisi lain indeks yang dibayar petani (lb) dipengaruhi oleh naiknya indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,07 persen serta biaya produksi dan penambahan barang modal(BPPBM) 0,03 persen, ujar Adi Nugroho.
Anggota DPRD Bali Ketut Gede Nugraha Pendit dalam kesempatan terpisah mengatakan, para petani masih mengeluhkan pemasaran komonitas perkebunan dan pertanian, dan pihaknya meminta pemerintah daerah untuk mencarikan jalan keluarnya.
Ia mengaku saat melakukan reses ke sejumlah kabupaten di Bali mendapat keluhan dari para petani bahwa pemasaran komoditas perkebunan mengalami kendala, seperti kelapa, kopi dan kakao.
Oleh sebab itu pemerintah daerah melalui dinas terkait untuk mencarikan jalan keluar, sehingga petani tidak kesulitan melakukan transaksi penjualan komoditas perkebunan.
"Jika dibiarkan para petani menghadapi permasalahan tersebut, maka tidak menutup kemungkinan pendapatan mereka akan mengalami penurunan, sehingga berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan keluarga," ujarnya.
Adi Nugroho menambahkan subsektor tanaman perkebunan merupakan salah satu dari lima subsektor yang menentukan pembentukan NTP Bali yang terdiri atas tiga subsektor mengalami penurunan dan dua subsektor mengalami kenaikan.
Ketiga subsektor mengalami penurunan selain tanaman perkebunan juga peternakan 0,12 persen dan tanaman pangan 1,21 persen.
Sedangkan kedua subsektor yang mengalami kenaikan meliputi subsektor perikanan sebesar 0,31 pesen dan sektor hortikultura 0,32 persen, ujar Adi Nugroho. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017
"Menurunnya subsektor tanaman perkebunan tersebut dipicu oleh indeks harga yang diterima petani (lt) merosot sebesar 0,37 persen," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Adi Nugroho di Denpasar, Sabtu.
Ia mengatakan indeks yang dibayar petani (lb) mengalami kenaikan sebesar 0,06 persen. Beberapa komoditas perkebunan yang memberikan andil atas menurunnya indeks yang diterima petani yakni kakao, tembakau dan cengkeh.
Di sisi lain indeks yang dibayar petani (lb) dipengaruhi oleh naiknya indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,07 persen serta biaya produksi dan penambahan barang modal(BPPBM) 0,03 persen, ujar Adi Nugroho.
Anggota DPRD Bali Ketut Gede Nugraha Pendit dalam kesempatan terpisah mengatakan, para petani masih mengeluhkan pemasaran komonitas perkebunan dan pertanian, dan pihaknya meminta pemerintah daerah untuk mencarikan jalan keluarnya.
Ia mengaku saat melakukan reses ke sejumlah kabupaten di Bali mendapat keluhan dari para petani bahwa pemasaran komoditas perkebunan mengalami kendala, seperti kelapa, kopi dan kakao.
Oleh sebab itu pemerintah daerah melalui dinas terkait untuk mencarikan jalan keluar, sehingga petani tidak kesulitan melakukan transaksi penjualan komoditas perkebunan.
"Jika dibiarkan para petani menghadapi permasalahan tersebut, maka tidak menutup kemungkinan pendapatan mereka akan mengalami penurunan, sehingga berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan keluarga," ujarnya.
Adi Nugroho menambahkan subsektor tanaman perkebunan merupakan salah satu dari lima subsektor yang menentukan pembentukan NTP Bali yang terdiri atas tiga subsektor mengalami penurunan dan dua subsektor mengalami kenaikan.
Ketiga subsektor mengalami penurunan selain tanaman perkebunan juga peternakan 0,12 persen dan tanaman pangan 1,21 persen.
Sedangkan kedua subsektor yang mengalami kenaikan meliputi subsektor perikanan sebesar 0,31 pesen dan sektor hortikultura 0,32 persen, ujar Adi Nugroho. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017