Jakarta (Antara Bali) - Erwinia chrysanthemi atau Dickeya dadantii
mendadak menjadi sorotan setelah penangkapan empat warga Tiongkok yang
kedapatan menggunakan benih terinfeksi bakteri perusak tanaman itu di
Kabupaten Bogor.
Kepala Badan Karantina Pertanian Kementerian
Pertanian Banun Harpini menjelaskan bakteri itu bisa dalam waktu singkat
mengganggu pertumbuhan tanaman.
"Bakteri ini terbawa benih. Bila benih sudah terinfeksi maka
kecenderungan bila kondisi sesuai untuk perkembangan bakteri akan
menyerang pertumbuhan tanaman dari tanaman muda maupun tanaman tua,"
katanya saat dihubungi ANTARA News lewat telepon di Jakarta, Senin.
Menurut dia, bakteri itu menyerang pertumbuhan seluruh bagian tanaman, membuatnya membusuk.
"Gejala spesifik bercak busuk kebasahan pada daun, juga menyerang buah sehingga berakibat busuk," kata Banun.
"Bakteri ini bersifat sistemik dalam jaringan tanaman. Bakteri
ini memiliki strain yang luas dan juga inangnya luas dari kelompok
tanaman keluarga solanacea seperti cabai kentang, terong dan tembakau. Itu termasuk rentan bila nanti bakteri menyebar," imbuh dia.
Direktur Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian Spudnik
Sujono K sebelumnya menyatakan bakteri itu dapat menimbulkan kerusakan
atau kegagalan produksi hingga 70 persen.
Banun menjelaskan bahwa Erwinia chrysanthemi ditemukan di Tiongkok dan beberapa negara tropis, namun tidak merinci negara mana saja.
Hingga kini, menurut dia, belum ada penelitian yang menunjukkan dampak bakteri pada manusia.
"Kalau menerapkan level of protection (tingkat perlindungan) tinggi, kita bisa aman. Bebas penyakit itu (tanaman)," katanya. (WDY)
Erwinia chrysanthemi Si Perusak
Senin, 12 Desember 2016 21:05 WIB