Denpasar (Antara Bali) - Proses merger Esia dengan Telkom Flexi yang hingga kini tak kunjung terealisasi, tidak mempengaruhi bisnis penjualan produk operator milik PT Bakrie Telecom Tbk itu.
"Masalah merger ya gampang-gampang sulit. Sekarang ini proses pembicaraan masih terus berlangsung. Karena berkaitan 'public company' dan ketentuan undang-undang, ya kami hormati proses tersebut," kata Vice President Regional Business Operation (RBO) East Indonesia PT Bakrie Telecom Tbk, Krishna Erlangga Zulkarnaen saat tatap muka dengan pers di Denpasar, Sabtu.
Meskipun proses merger masih alot, bahkan menuai kontroversi, namun Krishna menyatakan hal itu secara umum tidak mempengaruhi bisnis perusahaannya yang mengandalkan penjualan produk layanan akses dan perangkat telepon seperti melalui program "bundling".
"Apakah nantinya akan ada merger atau sebaliknya batal, kami harapkan tetap tidak akan memberikan pengaruh secara signifikan. Ya kami santai-santai saja dengan tetap bekerja, namun terus memperhatikan proses yang tengah berjalan," ucapnya.
Krishna hadir di Denpasar bertepatan peluncuran "Hape Esia Connect Langsung Kring", edisi Pelita Jaya Esia, sekaligus perkenalan Area Head Bali Nusra, Yefrizal, yang menggantikan Linda Arisetiawati yang mendapat promosi di kantor pusat.
Hal itu juga bertepatan kehadiran 10 tim yang berlaga di seri IV "National Basketball League" (NBL) di GOR Merpati, Denpasar, 7 - 16 Januari 2011.
Hadir pula dalam kesempatan itu General Manager Esia Jawa Bali Nusra, Ki Agus Zaelani, salah seorang pemain Andi Batam dan manajemen Pelita Jaya Esia.
Krishna menambahkan, persaingan bisnis telekomunikasi CDMA kini justru lebih ringan, yang mengalami kesulitan adalah dari sisi produksi "handset", karena suplai bergantung pada pabrikan seperti Nokia, LG atau Motorolla.
"Kalau bicara pasar CDMA sekarang lebih enak, berbeda dengan sebelum tahun 2007. Sekarang pasar CDMA bekas sudah ada," katanya.
Menyinggung tingkat pertumbuhan Esia, Krishna menyebutkan telah mampu menguasai sekitar 40 persen "market share" produk CDMA. "Pertumbuhan produk kami cukup bagus, sudah mencapai dua digit," katanya menegaskan.
Salah satu strategi yang dilakukannya untuk menjaga pertumbuhan Esia, pada 2011 ini tidak akan berambisi untuk ekspansi ke kota-kota baru, melainkan lebih fokus pada kota yang sudah dijangkau.
Sedangkah terobosan lewat Hape Esia Connect Langsung Kring, edisi Pelita Jaya di Denpasar itu, sebagai apresiasi bagi pelanggan di Bali. "Keunggulan lain produk kami yakni menerapkan satu tarif untuk semua jenis layanan, yaitu Rp1 per detik," ucapnya.
Dengan begitu maka masyarakat tidak perlu bingung lagi dalam menghitung biaya yang dikeluarkan ketika menggunakan layanan telekomunikasi.
"Mau kirim pesan singkat (SMS), akses internet, menggunakan nada sambung, telepon ke sesama Esia, ke semua operator, bahkan ke luar negeri pun tarifnya cuma Rp1 per detik dan tidak terbatas waktu," katanya menambahkan.(*)
Penjualan Esia Tak Terpengaruh Merger Dengan Flexi
Sabtu, 8 Januari 2011 16:29 WIB