Denpasar (Antara Bali) - Pengamat sosial politik dari Universitas Ngurah Rai Denpasar Dr Luh Riniti Rahayu mengatakan masyarakat pesimistis kehadiran Partai Golkar dinahkodahi Setya Novanto karena rekam jejaknya kurang baik.
"Alasan masyarakat pesimistis kehadiran Ketua Umum DPP Partai Golkar Setya Novanto, karena rekam jejaknya kurang baik. Selain itu dipegang kader-kader lama yang mendapat resistensi kuat dari publik," katanya di Denpasar, Rabu.
Menurut Riniti Rahayu yang juga Direktur LSM Bali Sruti ini mengatakan sesungguhnya yang memenangkan pertarungan di arena Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) Golkar adalah kelompok lama, yakni kubu Aburizal Bakrie (ARB).
"Sesungguhnya ARB-lah yang kini menguasai Partai Golkar. ARB memiliki strategi tinggi yang sangat cerdas. Demi persatuan Golkar, ARB mau menyerahkan tampuk pimpinan kepada kader lain, namun sesungguhnya kekuasaan tetap berada di tangannya," ujar mantan Komisioner KPU Provinsi Bali.
Untuk diketahui, Setya Novanto adalah Calon Ketua Umum Golkar yang disebut-sebut mendapat dukungan kuat dari ARB. Usai Novanto terpilih, beberapa orang dekat ARB langsung diberikan jabatan strategis oleh Novanto.
Mereka di antaranya, Idrus Marham yang diberi jabatan Sekretaris Jenderal (Sekjen) DPP Golkar. Idrus adalah Sekjen DPP Golkar selama tujuh tahun terahir mendampingi ARB. Ada juga Nurdin Halid, salah satu orang dekat ARB, yang diberi jabatan sebagai Ketua Harian DPP Partai Golkar.
Dua nama ini sudah diumumkan Setya Novanto saat penutupan Munaslub Golkar yang diselenggarakan di BNDCC Nusa Dua, Bali. Adapun jabatan lain di DPP Golkar akan dituntaskan oleh tim formatur yang dipimpin oleh Setya Novanto selama 15 hari ke depan.
Sementara itu, ARB telah diputuskan dalam sidang paripurna, sebagai ketua Dewan Pembina Partai Golkar. Struktur Dewan Pembina ini dihidupkan kembali pada Munaslub kali ini. Sebelumnya jabatan ini hanya pernah dijabat Soeharto pada zaman Orde Baru.
Pada saat itu, ketua Dewan Pembina bisa membatalkan keputusan DPP Golkar. Belasan tahun terakhir setelah lengsernya Soeharto, struktur Dewan Pembina ini dihapus dari tubuh Golkar.
Riniti Rahayu menyinggung soal terpilihnya Setya Novanto kendati rekam jejaknya kurang baik (buruk).
"Itulah politik. Menang karena hasil negosiasi yang menguntungkan banyak pihak," ujarnya.
Beberapa pihak yang mendapat keuntungan itu, pertama Golkar sendiri yang akhirnya bisa ikut pemilu dan pilkada dengan tenang, sebab tidak ada lagi dualisme kepemimpinan.
Kedua, menguntungkan pemerintah, karena Golkar tidak lagi jadi oposisi. Ketiga, masih menguntungkan Ade Komarudin (Akom).
Menurut Riniti Rahayu, Setya Novanto akan tetap mempertahankan jabatan Akom sebagai Ketua DPR-RI karena memilih mundur dari pertarungan putaran kedua dengan Novanto.
Terakhir, kata Riniti rahayu, keuntungan adanya jaminan keuangan bagi DPD-DPD Golkar se-Indonesia.
"Setya Novanto adalah ketua umum yang memiliki modal finansial yang kuat," katanya.
Menurut Riniti Rahayu, Partai Golkar ke depan harus mampu menghapus citra buruknya selama ini. Partai Golkar harus di "branding" ulang, menyiapkan strategi politik yang baik, dan menawarkan program-program kekaryaan untuk kesejahteraan masyarakat.
"Golkar punya pengalaman panjang dalam partisipasinya mengelola negara. Potensinya besar dan kualitas SDM-nya bagus. Sekarang pun orang-orang Golkar dan mantan kader Golkar tetap berada di lingkaran kekuasaan. Cara mengelola partai ke depan akan menentukan apakah partai Golkar bisa mendorong kadernya menjadi calon presiden," katanya. (WDY)