Denpasar (Antara Bali) - Kredit modal kerja perbankan di Provinsi Bali pada triwulan pertama tahun 2016 mencapai Rp28,7 triliun atau melonjak 7,75 persen jika dibandingkan periode sama tahun sebelumnya.
Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Regional 8 Bali dan Nusa Tenggara, Zulmi di Denpasar, Senin, menjelaskan bahwa jumlah realisasi tersebut lebih besar dibandingkan dua jenis pembiayaan lain yakni investasi dan konsumsi.
Angka tersebut terpaut tipis dibandingkan dengan realisasi kredit konsumsi yang mencapai Rp27,2 triliun atau melonjak 12,8 persen jika dibandingkan periode sama tahun 2015.
Sedangkan realisasi kredit investasi selama tiga bulan terakhir ini mencapai Rp15,5 triliun, juga naik 6,7 persen jika dibandingkan triwulan pertama 2015.
Kredit modal kerja dari bank umum memberikan realisasi terbesar yakni hampir Rp24 triliun, naik 6,34 persen jika dibandingkan triwulan pertama tahun 2015 yang mencapai Rp22,5 triliun.
Sedangkan dari bank perkreditan rakyat (BPR), realisasi modal kerja mencapai Rp4,3 triliun dan bank syariah mencapai Rp446 miliar.
Total kredit atau pembiayaan yang telah disuntikkan perbankan baik dari bank umum, bank syariah dan BPR selama triwulan pertama 2016 mencapai Rp71,4 triliun.
Jumlah tersebut melonjak sebesar 9,41 persen jika dibandingkan periode sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp65,3 triliun.
Zulmi optimistis realisasi kredit perbankan kepada nasabah selama 2016 akan tumbuh positif seiring dengan membaiknya kondisi perekonomian nasional.
OJK mencatat kinerja positif perbankan di Provinsi Bali selama triwulan I 2016 dengan total aset mencapai Rp103,2 triliun atau melonjak sebesar 8,49 persen jika dibandingkan periode sama tahun 2015.
Secara `year on year` (pertumbuhan tahunan) dari Maret sekarang dan Maret tahun sebelumnya (aset perbankan) tumbuh 8,49 persen.
Menurut dia, pada periode triwulan I tahun 2015, aset perbankan di Bali yang meliputi bank umum, bank umum syariah dan bank perkreditan rakyat mencapai Rp95,1 triliun.
Meski dari sisi aset perbankan tahunan meningkat namun pertumbuhan aset dari Desember 2015 hingga Maret 2016, aset perbankan mengalami penurunan sebesar 1,05 persen atau sebesar Rp1 miliar.
Penurunan itu sebagian besar dikontribusikan oleh aset bank umum yang turun sebesar 1,48 persen dari aset pada Desember 2015 yang mencapai Rp91,2 triliun menjadi Rp89,8 triliun, katanya. (WDY)