Denpasar (Antara Bali) - Dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar Doktor Kadek Suartaya, SSKar, M.Si menilai, sendratari Mahabharata yang digarap secara kolosal sejak pelaksanaan Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-3 tahun 1981 hingga PKB 2015 atau selama 34 tahun mengalami berbagai perubahan bentuk.
"Perubahan yang dialami sendratari Mahabharata pada ajang PKB terjadi secara perlahan, tanpa menimbulkan kekagetan di kalangan penonton, khususnya penggemar sendratari," kata Dr Kadek Suartaya yang juga pengamat seni budaya Bali di Denpasar, Senin.
Ia mengatakan, bentuk perubahan sendratari Mahabharata bisa dibendakan menjadi dua bagian, perubahan pertama menyangkut elemen-elemen terdalam (esensial).
Perubahan kedua menyangkut elemen-elemen luar atau tambahan dari sendratari. Pada awal perkembangan tahun 1960-an sendratari Bali menunjukkan konsisten bentuknya sebagai drama yang berkisah dengan mengutamakan estetika tari.
Suartaya menegaskan, perubahan-perubahan itu terjadi ketika sendratari digarap secara kolosal di arena aktivitas seni tahunan di Pulau Dewata.
Demikian pula hanya sendratari Mahabharata menunjukkan adanya perubahan instrinsik dan ekstrinsik. Peruahan instrinsik atau yang pertama menyangkut konsep estetis, tema, koreoggrafi, musik iringan dan narasi.
Sedangkan perubahan ekstrinsik (kedua) sendratari Mahabharata terlihat dengan jelas menyangkut tiga elemen luarnya yang meliputi para pelaku, tata rias serta busana dan penyajiannya.
Suartaya menjelaskan, perubahan pada konsep estetik sendratari Mahabharata PKB mengemuka pada rentang penampilan tahun 1981-2014. Garapan sendratari Mahabharata yang pada awalnya tampil sebagai dramatari simbolik kemudian lebih memberikan penonjolan pada dramanya dengan verval.
Tata garapan sendratari Mahabharata dengan verval itu kemudian berdinamika menjadi sendratari Mahabharata realistik, di mana ruang kreativitas unsur propertinya yang sering berlebihan, hingga tak jarang menenggelamkan estetika tari yang menjadi esensi utama sendratari.
Demikian pula perubahan tema sendratari Mahabharata PKB dapat dibagi menjadi dua pola yakni pertama tema mengacu kepada epos Mahabharata sebelum PKB menggunakkan tema payung (1981-2005).
Pola kedua sendratari Mahabharata yang tetap mengacu pada epos Mahabharata setelah PKB menggunakan tema payung (2006-hingga sekarang). Tema atau lakon memberi ruang pada sendratari Mahabharata kepada para konseptor, kreator dan insan-insan pelaku untuk selalu dalam proses menjadi dan berubah, ujar Kadek Suartaya. (WDY)