Bogor (Antara Bali) - Guru Besar IPB Prof Yuli Retnani, MSc
mengembangkan inovasi pakan yang bersumber dari limbah sayuran di pasar
untuk meningkatkan produktivitas ternak, khususnya di perkotaan, daerah
rawan pakan dan bencana.
"Produk pakan yang dihasilkan dari pengolahan pakan bisa berbentuk
mash, pellet, crumble, biskuit dan wafer," kata Yuli di Bogor, Jawa
Barat, Sabtu.
Dikatakannya, inovasi ini telah dikembangkannya sejak 2009. Dengan
adanya teknologi pengolahan pakan yang awet, mudah, murah dan tersedia
sepanjang musim diharapkan peternakan di Indonesia dapat tumbuh
produktif, tanpa bergantung pada ketersediaan rumput dan hijauan pada
musim paceklik, terutama di daerah rawan pakan dan bencana serta daerah
perkotaan yang ketersediaan lahan terbatas.
Dijelaskannya, inovasi pakan terdiri atas wafer pakan dan wafer
suplemen pakan. Wafer pakan sebagai pengganti hijauan sedangkanw wafer
suplemen pakan sebagai suplemen dengan tujuan khusus seperti untuk
meningkatkan bobot badan atau untuk menurunkan mortalitas.
"Pembuatan wafer limbah sayuran pasar dilakukan dengan memanfaatkan limbah sayuran terbuang," katanya.
Menurutnya, salah satu limbah yang banyak terdapat di sekitar
lingkungan masyarakat adalah limbah sayuran pasar. Limbah sayuran setiap
minggu semakin bertambah dan sulit untuk mencari pembuangan sampah.
"Contoh, di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta Timur. Hampir 60 persen
limbah yang dihasilkan di pasar adalah limbah organik yang dapat
dimanfaatkan lagi," kata Yuli.
Dikatakannya, dari hasil penelitiannya, pemanfaatan limbah sayuran
pasar yang optimal sebagai olahan pakan ternak yakni kulit toge, daun
bunga kol dan daun jagung. Ketiga jenis limbah sayuran ini,
pemanfaatannya tidak bersaing dengan jenis limbah sayuran lainnya yang
banyak dimanfaatkan untuk keperluan lainnya.
Pemberian wafer limbah sayuran pasar, lanjut dia, dapat meningkatkan
pertambahan bobot badan domba sekitar 24 persen lebih tinggi dibanding
pakan konvensional.
Ia mengatakan, analisa logam berat yang terkandung dalam produk
wafer limbah sayuran pasar masih dalam ambang batas yang diperbolehkan
ternak menurut SNI. Ini menunjukkan wafer limbah sayuran pasar aman
dikonsumsi oleh ternak dan tidak meninggalkan residu pada produk ternak.
Produk inovasi wafer limbah sayuran pasar, lanjutnya, juga
dikembangkan sebagai produk pakan awet, bersih dan kering yang mendapat
pengharagaan dari Menristek sebagai 105 inovasi Indonesia pada tahun
2013 dan proses paten dilakukan sejak 2012.
Teknologi pengolahan pakan ternak lainnya wafer yang berasal dari
daun lamtoro yang dapat mereduksi mimosin sebesar 33 persen. Pemberian
wafer daun lamtoro ini banyak dilakukan peternakan rakyat di Banyu
Mulek, NTB, dapat meningkatkan konsumsi pakan, rataan pertambahan bobot
badan harian dan rataan bobot badan akhir.
"Rataan bobot badan akhir sapi pedet dengan pemberian wafer
suplement pakan pada taraf 10 persen mencapai 28,22 persen lebih tinggi
dibandingkan dengan pakan konvensional," katanya.
Inovasi selanjutnya, pakan dalam bentuk biskuit merupakan salah satu
alternatif untuk penyediaan pakan pada saat musim kemarau dan paceklik.
Pemilihan biskuit, karena merupakan produk kering yang mempunyai daya
awet yang relatif lama sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lama dan
mudah dibawa dalam perjalanan.
"Biskuit pangan yang dibuat dari bahan serat terutama hijauan
sebagai pengganti hijauan segar agar ruminansia dapat memanfaatkan serat
ketika jumlah dan kualitas hijauan menurun," katanya.
Dikatakannya, biskuit pakan terdiri dari hijauan sebagai sumber
serat dan molases sebagai sumber karbohidrat dan perekat. Biskuit
hijauan pakan yang telah dikembangkan adalah biskuit pakan limbah
tanaman jagung dan biskuit suplemen pakan.
"Biskuit limbah jagung sudah mendapatkan penghargaan 102 inovasi di
Indonesia tahun 2010, dan sudah mendaftarkan paten di tahun 2012,"
katanya.
Prof Yuli menambahkan, inovasi teknologi pakan dapat dikembangkan
dan dijadikan masukan kepada pemerintah maupun swasta untuk mengatasi
solusi masalah peternakan di daerah perkotaan agar supaya tidak
mengotori lingkungan dengan memanfaatkan limbah perkotaan sebagai pakan
ternak yang potensial.
"Teknologi pengolahan pakan memungkinkan untuk mengolah bahan baku
pakan yang melimpahkan berasal dari limbah pasar, limbah peternakan dan
limbah industri pangan sebagai pakan ternak," katanya.
Inovasi pengolahan pakan untuk meningkatkan produktivitas ternak di
daerah perkotaan, rawan pakan dan bencana disampaikan oleh Prof Yuli
dalam orasi ilmiah guru besar yang berlangsung hari ini (Sabtu).
Harapannya, penerapan inovasi pengolahan produk pakan yang bersih, awet
dan tidak mencemari lingkungan dapat dijadikan pakan bersih untuk hewan
qurban di daerah perkotaan sehingga ritual penyediaan hewan kurban yang
meningkat setiap tahun tidak mencemari lingkungan perkotaan.(WDY)
Dosen IPB Kembangkan Pakan Ternak dari Limbah
Sabtu, 13 Februari 2016 10:10 WIB