Paris (Antara Bali) - Pentas Angklung Saung Udjo menarik perhatian
sekitar 800 penonton yang ikut bermain angklung secara interaktif
dengan memainkan lagu "We are the World" di Theatre Odeon de lEurope,
pada Selasa malam waktu setempat di tengah duka Paris yang diserang aksi
terorisme.
Paris sedang dirundung duka mendalam dengan aksi
teror menewaskan lebih dari 125 korban sipil di beberapa lokasi di
Paris. Sekjen Theatre Odean de IEurope mengajak penonton untuk
mengheningkan cipta "One minute Silence" sebelum acara dimulai.
Dubes/Wakil
Delegasi Tetap RI di UNESCO, Fauzi Soelaiman kepada ANTARA London,
Selasa malam mengatakan bangga dapat menghadirkan konser musik angklung
terbesar di kota budaya Paris, meskipun Perancis masih diliputi suasana
duka.
Dikatakannya pegelaran tetap dilakukan sesuai dengan
anjuran Presiden Perancis Francois Hollande pada penutupan acara Leaders
Forum di UNESCO pada sore harinya mengatakan masyarakat kita tidak
boleh menyerah pada terorisme.
Menurut Fauzi Soelaiman, Theater
Odeon kembali menggelar pertunjukan pada hari Senin, setelah tutup
selama dua hari, seperti yang diumumkan oleh Kementerian Kebudayaan
Prancis.
Peristiwa yang terjadi di kota Paris Jumat lalu tidak
menyurutkan undangan untuk hadir dalam konser musik angklung yang
digelar dalam memperingati lima tahun penobatan angklung sebagai warisan
dunia oleh Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Budaya
Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO).
Konser musik angklung
diawali dengan sesi angklung Buhun yang disebut Buncis dengan pola
ritmik dengan lagu berjudul Heleran kreasi Udjo Ngalagena. Dilanjutkan
dengan lagu Satu Nusa Satu Bangsa.
Dalam konser musik angklung
yang juga dihadiri para dubes negara sahabat dan dubes negara ASEAN
seperti Singapura, Myanmar, China, Iran, Irak, serta Dubes RI di
Perancis Notma - ditampilkan lagu Tanase dari daerah Maluku dan
dilanjutkan dengan lagu Cubana dari Tonci Huljic dari daerah Krosia
dengan iringan Arumba.
Sebelumnya Dubes RI di Paris Hotmangaradja
Pandjaitan menyampaikan duka cita untuk seluruh masyarakat Perancis
atas serangan teroris Jumat lalu.
Angklung merupakan instrumen
tradisional musik asal Indonesia yang harus dilestarikan. "Kami memilih
tanggungjawab untuk mempromosikan angklung kepada publik dunia,"
ujarnya.
Sementara itu Acting Asisten Directur Jenderal
Kebudayaan UNESCO Culture Francesco Bandarin Unesco mengapresiasi
Angklung sebagai warisan dunia. "Pertunjukan ini sangat berarti bagi
kami dan juga masyarakat dunia."
Dalam angklung interaktif yang dipandu Sam Udjo, penonton mendapat satu angklung dengan tanda nada yang berbeda.
Permainan
angklung diawali dengan lagu Twinkle Little Star, dilanjutkan dengan
Song of Do Re Mi, Nyiur Hijau dari Maladi, lagu anak-anak Ambilkan
bulan, serta lagu Que Sera Sera dan dilanjutkan dengan We are The World
dan Burung Kakaktua.
Pada akhir penutupan konser musik angklung
ditampilkan tarian Jaipongan yang sebelumnya menampilkan lagu medley
Nusantara mulai dari lagu Bungong Jeumpa dari Aceh, Sinanggar Tulo,
Jali-Jali, Poco-poco, Angin Mamiri, Janger , Yangko Rambe ditutup dengan
lagu berbahasa Prancis Lavien en Rose oleh Louis Amstrong dan lagu
Blue Danube karya Johann Strauss II. (WDY)
Angklung Saung Udjo Hibur Paris yang Berduka
Rabu, 18 November 2015 9:21 WIB