Denpasar (Antara Bali) - Wakil Gubernur Bali Ketut Sudikerta mengharapkan acara tahunan bertajuk "Gema Perdamaian" diadakan secara berkesinambungan pada tahun mendatang sebagai upaya memberikan kedamaian bagi masyarakat setempat.
"Damai bagi kita sangat penting yang menggantungkan pada kepariwisataan. Pariwisata tanpa damai itu tidak akan bisa berkembang," kata Sudikerta pada acara "Gema Perdamaian" ke-13 di Monumen Perjuangan Rakyat Bali Bajra Sandhi di Denpasar, Sabtu malam.
Sudikerta menyatakan sangat mengapresiasi kegiatan tersebut dan bahkan Pemprov Bali berencana untuk membantu pembiayaan acara itu pada tahun mendatang.
"Dengan kegiatan seperti ini, saya rasa mengingatkan kita agar bisa hidup rukun, damai dan harmonis. Memang sejauh ini masyarakat Bali meskipun heterogen, tetapi bisa tetap harmonis," katanya.
Di sisi lain, menurut Sudikerta, untuk mencegah berkembangnya paham radikal di masyarakat tentu harus terus dilakukan langkah edukasi.
Sementara itu, Ketua Panitia "Gema Perdamaian 2015" Haji Deden Saefulloh mengatakan, lewat acara tahunan ini ingin membawa pesan kedamaian dari Bali untuk Indonesia dan internasional.
"Kami ingin di tengah beragamnya suku, etnis, agama dan kelompok masyarakat di Bali, kita dapat menginspirasi seluruh umat untuk senantiasa menjaga perdamaian," katanya.
Deden menegaskan, meskipun "Gema Perdamaian" untuk pertama kalinya digelar setahun setelah peristiwa Bom Bali I tahun 2002, tetapi sesungguhnya acara tersebut bukan untuk memperingati peristiwa pengeboman itu.
"Yang terpenting adalah Bali dapat menginspirasi dunia tentang pentingnya toleransi, saling asah, asih dan asuh di tengah situasi keberagaman. Jika kita sepakat berdamai, maka akan muncul kedamaian yang berujung pada kesejahteraan bersama," ujarnya.
Tidak jauh berbeda dengan "Gema Perdamaian" pada tahun sebelumnya, untuk kali ini juga diisi dengan doa bersama yang dipimpin oleh pimpinan umat dari enam agama, pawai kesenian dan budaya dari Bali maupun berbagai etnis di Nusantara.
Semua peserta juga sebelumnya ikut mengelilingi Monumen Bajra Sandi, dengan diiringi baleganjur, barongsai, dan parade anak-anak yang menggunakan pakaian adat dari semua provinsi di Tanah Air. (WDY)