Nusa Dua (Antara Bali) - Gubernur Bali Made Mangku Pastika berpandangan Konferensi Kanker Asia Pasifik ke-23 yang digelar di Pulau Dewata itu sangat penting peranannya bagi kemanusiaan di tengah tingginya angka penderita kanker.
"Melalui pelaksanaan konferensi ini, kami harapkan para praktisi kesehatan dapat berkumpul saling bertukar pikiran tentang cara dan upaya penanganan pasien kanker, perawatan terkini dari pasien kanker serta upaya pencegahan dan deteksi dini dari berbagai tipe kanker," kata Pastika saat memberikan sambutan pada pembukaan Konferensi Kanker Asia Pasifik (Asia Pacific Cancer Conference), di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Jumat.
Pihaknya sangat mengapresiasi pelaksanaan konferensi itu, sekaligus mengucapkan selamat datang dan apresiasi yang tinggi terhadap para pembicara/pemakalah dan peserta yang tidak hanya berasal dari Indonesia namun juga dari berbagai negara di dunia.
Dalam kesempatan itu, untuk kesekian kalinya Pastika mengingatkan peserta konferensi untuk menikmati Bali di sela sela kesibukannya berkonferensi.
Sementara itu, Menteri Kesehatan yang diwakili oleh Staf Khusus Kementerian Kesehatan Prof Dr dr Akmal Taher dalam paparannya tentang fakta kanker menyampaikan bahwa terdapat beberapa faktor yang menyebabkan tingginya angka penderita kanker di Indonesia.
"Selain faktor kondisi individu penderita seperti berat badan berlebih, tingginya konsumsi makanan berlemak serta menjadi perokok aktif, faktor sosial ekonomi juga mempengaruhi tingginya angka penderita kanker di Indonesia. Faktor sosial ekonomi diantaranya pola hidup, pergantian iklim serta faktor geografi turut memegang andil makin meningkatnya angka penderita kanker dari tahun ke tahun," kata Akmal.
Ia menambahkan bahwa sekitar 300 ribu penderita kanker di seluruh Indonesia dengan penderita kanker terbanyak yaitu kanker payudara yang kemudian diikuti oleh kanker servika, kanker hati, kanker darah, kanker kulit, kanker usus besar dan yang terakhir kanker hidung.
Tingginya tingkat penderita kanker di Indonesia telah disikapi oleh Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kesehatan dengan menggandeng Yayasan Kanker Indonesia untuk sosialisasi beberapa program seperti kampanye untuk mengubah pola hidup dengan mengecek kesehatan secara berkala, menghindari rokok, mengurangi konsumsi garam dan makanan berlemak serta meningkatkan aktivitas fisik dengan berolahraga.
Hal lain yang bisa dilakukan untuk menekan angka penderita kanker yaitu mensosialisaikan bahaya rokok bagi kesehatan serta mensosialisasikan pentingnya deteksi dini terhadap kanker servik maupun kanker payudara.
Di samping itu perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai kanker dan upaya penaggulangannya serta perawatan paliatif bagi penderita kanker dan keluarganya.
Di sisi lain Ketua Panitia APCC ke -23 dan juga sebagai Presiden dari The Asian and Pasific Federation Of Organization of Cancer Research and Control ( APFOCC) Dr Aru W Sudoyo dalam laporannya menyampaikan bahwasannya APCC merupakan bagian dari APFOCC yang beranggotakan 16 negara di Asia Pasifik yang terdiri dari negara Tiongkok, India, Indonesia, Iran, Japan, Kazakhtan, Korea, Kuwait, Malaysia, Nepal, Pakistan, Pilipina, Singapura, Sri Lanka, Taiwan, dan Thailand.
APCC digelar setiap dua tahun sekali dan untuk penyelenggaraan APCC ke- 23 mengambil tempat pelaksanaan di Bali. APCC yang digelar pertama kalinya di tahun 1973 di Negara Jepang ini merupakan ajang mempromosikan pengetahun ilmiah terbaru serta sebagai ajang penyampaian informasi perawatan kanker baik dari pencegahan sampai tahap paliatif.
Dalam pertemuan ini akan disampaikan konsep ilmiah perawatan kanker dan menampilkan makalah ilmiah yang disajikan oleh para pakar kanker dari berbagai negara seperti Australia, Amerika, Inggris, Jepang, Singapura,Korea, Tiongkok dan juga Indonesia.
Dalam konferensi ini para peserta yang jumlahnya 850 orang itu juga dapat saling bertukar pikiran dan berdiskusi tentang kanker dan perkembangannya secara langsung dengan para ahli penyakit mematikan tersebut. (WDY)