Jakarta (Antara Bali) - Wakil Ketua Komisi VII DPR Satya Widya Yudha
berbicara soal kedaulatan energi Indonesia dalam forum di Ronald Reagen
Building and International Trade Center, Washington DC, Amerika Serikat
pada Kamis (23/7).
Satya saat dihubungi di Jakarta, Minggu mengatakan, dirinya didaulat menjadi pembicara dalam "Annual
Energy Security Workshop" yang diprakarsai The National Bureau of Asian
Research (NBR) bekerja sama dengan US-ASEAN Business Council.
"Workshop" tahunan yang dihadiri sekitar 50 perusahaan Amerika
yang telah dan akan berinvestasi di Indonesia tersebut mengangkat tema
"Indonesia: A Regional Energy Leader in Transition".
"Acara berlangsung mulai pagi hingga sore hari waktu setempat," ujar anggota DPR dari Fraksi Partai Golkar itu.
Forum tersebut menjadi kali kedua bagi Satya, setelah sebelumnya
memaparkan kondisi energi Indonesia dalam Konferensi Natural Resources
Governance Institute (NRGI) 2015 yang berlangsung di universitas
bergengsi Oxford University, Oxford, Inggris pada 26 Juni 2015.
Menurut Satya, beberapa isu strategis yang dibahas dalam
"workshop" di Washington adalah Indonesias Energy Outlook: Kebijakan
Kritis dan Tantangan Pasar, serta penangangannya di bawah kepemimpinan
Presiden Joko Widodo.
Isu lain adalah soal keamanan pasokan minyak, pengembangan
batubara dan gas untuk listrik, dan bagaimana cara mengatur keseimbangan
antara pasokan dan keberlanjutan.
Satya mengatakan, "workshop" dihadiri Wakil Duta Besar Indonesia
untuk Amerika Serikat Arto Suryodipuro yang juga memberikan sambutan.
Dalam salah satu panel diskusi, Satya membawa topik "Indonesias
Oil Outlook: Production Constraints, Investment, and Growing Demand".
"Saya paparkan kedaulatan energi nasional di Indonesia merupakan
hak negara dan bangsa yang secara mandiri menentukan kebijakan
pengelolaan energinya dalam mencapai ketahanan dan kemandirian energi,"
katanya.
Ia juga menjelaskan, salah satu upaya mewujudkan "energy
sovereignty" atau kedaulatan energi adalah mengembalikan kepada Pasal
33 UUD 1945 yang juga menjadi landasan revisi UU Minerba dan UU Migas.
Dalam forum itu, Satya juga mengapresiasi kerja pemerintah dalam
mengurangi rumitnya perijinan dengan implementasi perizinan satu pintu.
Satu panel dengan Satya, penyelenggara melibatkan dua pembahas
yakni mantan Chief Economist Bank Dunia Vikram Nehru dan konsultan
bisnis internasional J William Ichord.
Sementara, sejumlah pembicara lain dalam "workshop" antara lain Tom
Cutler (Cutler International, LLC), Clara Gillispie (NBR), Mikkal E
Herberg (NBR), Murray Hiebert (Center for Strategic and International
Studies), Meredith Miller (Albright Stonebridge Group), Scott Smouse (US
Department of Energy), Alexandra Stuart (US-ASEAN Business Council),
dan Nikos Tsafos (enalytica).(WDY)
Legislator Bicara Kedaulatan Energi Indonesia di Washington
Minggu, 26 Juli 2015 19:44 WIB