Denpasar (Antara Bali) - Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer (Stmik) Primakara Bali menggelar lokakarya "Crowdfunding" atau pengumpulan dana alternatif dari masyarakat secara berjaringan internet.
Lokakarya yang digelar di Kampus STMIK Primakara Bali, Kamis, memberikan kemudahan kepada calon wirausaha, pemilik ide inovatif serta pelaku usaha kecil dan menengah (UKM).
Kegiatan itu menampilkan dua pembicara utama yakni Dr. Tatang A Taufik, Deputi Bidang Pengkajian Kebijakan Teknologi BPPT serta praktisi "crowdfunding" dari Singapura, Kwek Hong Sin Kwek, yang juga Founder dan CEO Phoenixict.
Kwek Hong Sin mengatakan, alasan kesulitan dana untuk modal usaha, saat ini sudah bisa diatasi dengan cara alternatif, yakni pengumpulan dana dari masyarakat secara online.
"Masalah `funding` (pembiayaan) saat ini sudah bukan menjadi halangan lagi dalam memulai suatu usaha atau untuk mewujudkan sebuah projek atau ide-ide dan inovasi kreatif. Cara `crowdfunding` saat ini sudah banyak digunakan untuk mewujudkan sebuah usaha atau gagasan-gagasan kreatif dan inovatif," kata perempuan berdarah campuran Malaysia dan China ini.
Cara pengumpulan dana lewat "crowdfunding" kata Hong Sin, terbukti sudah berhasil membantu orang-orang dalam mewujudkan ide-ide kreatifnya, termasuk digunakan oleh pengusaha asal Inggris Sir Richard Branson.
"Cara pengumpulan dana lewat `crowdfunding` digunakan Richard Branson untuk membuat pesawat terbesar di dunia. Dan ini sudah terbukti, dimana dana dari masyarakat global terkumpul untuk membantu mewujudkan hal tersebut. Dengan adanya sistem pengumpulan dana alternatif `crowdfunding` itu, ide-ide kreatif dan inovatif seperti tersebut akan bisa terwujud," ujarnya.
Deputi Bidang Pengkajian Kebijakan Teknologi BPPT, Dr Tatang A Taufik mengatakan "crowdfunding" merupakan bentuk pola kemitraan dan pendanaan secara gotong-royong.
"Stmik Primakara bisa menjadi inspirasi bagi kampus lain, sebagai kampus sarjana pencipta lapangan kerja dan pengusaha. Primakara juga bisa menjadi inspirasi, tentang bagaimana cara mengatasi halangan sumber daya termasuk dana dalam memulai sebuah usaha atau untuk mengembangkan inovasi. Caranya lewat "crowdfunding" ini.Primakara bisa membantu terbentuknya sebuah ekosistem yang mendukung untuk berinovasi,"ujarnya.
Tatang mengatakan pihaknya mendorong agar cara pengumpulan dana lewat "crowdfunding" ini bisa berkembang di seluruh wilayah Indonesia. Karena didalamnya ada semangat gotong-royong, semangat bekerja sama, serta pola kemitraan gotong-royong, yang merupakan semangat asli Bangsa Indonesia.
"Dengan semangat gotong-royong, bekerja bersama, "crowdfunding" merupakan sebuah model pembiayaan untuk mewujudkan suatu hal atau usaha dengan sumber pembiayaan dari berbagai pihak. Jadi ini sebenarnya bukan hal baru, karena di kultur kita sudah dilaksanakan sejak lama. Kerja sama-sama mewujudkan satu hal, pendanaan secara gotong-royong," katanya.
Beberapa pola "crowdfunding" yang sudah ada, antara lain dalam bentuk donasi atau sumbangan, hadiah, pinjaman/hutang, dan ekuitas. Di Indonesia sendiri, model pengumpulan dana lewat "Crowdfunding" sudah berjalan. Misalnya situs wujudkan.com yang bisa mengumpulkan dana mencapai Rp700 juta lebih untuk 413 proposal yang masuk.
"Meski sudah berjalan, tapi kita ada beberapa PR (pekerjaan rumah) yang harus diselesaikan terkait crowdfunding, seperti masalah legalitas karena belum adanya dasar hukum yang kuat, bagaimana mekanisme bakunya, bagaimana praktek pasarnya, persoalan keterbatasan pengetahuan masyarakat, dan masalah budaya budaya, karena ini terkait saling percaya, serta budaya saling memberi dan saling membantu," ujarnya.
Ketua Yayasan Primakara Bali, Made Artana mengatakan sejak model "crowdfunding" hadir, kampus STMIK Primakara sudah konsen mendukung dan selalu mengikuti perkembangannya.
"Sejak hadir, kita tahu ini merupakan cara untuk mencari uang, untuk mewujudkan sebuah projek atau bisnis. Sebuah studio di Bandung misalnya, dibiayai Rp700 juta dari "crowdfunding" untuk pembuatan sebuah projek film, padahal mintanya hanya Rp500 juta. Ini menjadi alternatif ke depan untuk sebuah proyek idealis dan prestis. Kita mendapatkan sebuah cara baru untuk mendapat dana," ucapnya.
Di Bali, kata Made Artana, kampus STMIK Primakara membantu calon wirausaha untuk mengumpulkan dana lewat situs tedung.com. Ke depan, masyarakat diharapkan akan lebih memahami "crowdfunding".
"Ke depan potensi pengumpulan dana lewat `crowdfunding` ini masih sangat besar. Wirausaha pemula bisa memanfaatkan cara ini untuk mewujudkan usaha atau ide-ide kreatifnya. Termasuk UKM di Bali," katanya. (WDY)
STMIK Primakara Bali Gelar Lokakarya "Crowdfunding"
Kamis, 21 Mei 2015 17:11 WIB