Kuta (Antara Bali) - PT Pertamina mengembangkan dan memanfaatkan teknologi hulu "Echanced Oil Recovery" (EOR) guna meningkatkan produksi minyak dan gas yang rata-rata mencapai tujuh persen dalam delapan tahun terakhir.
"Produksi minyak nasional menurun, tidak sejalan dengan lonjakan konsumsi bahan bakar di dalam negeri yang terus tumbuh. Dengan tren industri migas di Tanah Air. Jika kami tidak melakukan sesuatu, bisa membawa pada situasi krisis," kata Direktur Utama PT Pertamina Dwi Soetjipto seusai membuka Forum Sharing Teknologi Hulu di Kuta, Kabupaten Badung, Bali, Senin.
Dia menuturkan bahwa pada sektor hulu, teknologi tersebut merupakan kunci menjaga pertumbuhan produksi dan penambahan cadangan minyak dan gas yang diperlukan untuk menjaga ketahanan dan kemandirian energi Indonesia.
Direktur Hulu PT Pertamina, Syamsu Alam, lebih lanjut menjelaskan bahwa teknologi EOR itu yang merupakan penerapan teknologi yang mahal dengan produksi yang tidak instan.
Menurut dia, untuk mengambil minyak menggunakan teknologi EOR itu, terdapat tiga tahapan pengambilan minyak bumi. Tahap pertama dan kedua yang bisa mengangkat minyak sebesar 30-40 persen dari potensi yang ada.
"Sedangkan sisanya di bawah sekitar 60 persen itu diangkat menggunakan beberapa metode kimiawi tergantung kondisi di lapangan," ucapnya.
Syamsu memaparkan bahwa EOR tersebut bukan merupakan teknologi efisiensi melainkan teknologi untuk meningkatkan kemampuan mengangkat minyak yang belum bisa diangkat pada tahap pertama dan kedua itu.
"Pertamina berkomitmen menggunakan teknologi EOR ini tetapi kemajuannya belum seperti diharapkan. Mulai tahun ini kami akan meningkatkan EOR sehingga ada peningkatan produksi," katanya.
 Dengan pemanfaatan teknologi itu, diharapkan Indonesia bisa melepas ketergantungan minyak impor secara bertahap apalagi di tengah situasi harga minyak yang saat ini mencapai 60 dolar Amerika Serikat dan terus berfluktuasi. (WDY)