Amlapura (Antara Bali) - "Daha Nyambah" merupakan salah satu tradisi uji fisik sebelum digelarnya upacara 'perang pandan' di Desa Tenganan Dauh Tukad, Karangasem, Bali.
Tradisi ini biasanya melibatkan teruna (pemuda) di tengah malam dengan cara beramai-ramai mengelilingi pura setempat.
"Tradisi ini dilakukan Kamis malam. Walau dilakukan pada malam hari, tradisi itu menjadi tontonan, bukan hanya oleh warga setempat atau wisatawan domestik, tetapi juga wisatawan mancanegara," kata Bendesa adat Tenganan Dauh Tukad, I Putu Ardana, sebelum upacara Perang Pandan digelar, Jumat.
Sebelum dilakukan upacara ini, kata Ardana, ratusan pemuda menggelar sangkep (rapat) di Balai Agung Pura Desa setempat. Dalam sangkepan itu mereka membicarakan siapa yang akan menjemput teruna yang telah disahkan dalam upacara 'Matekrok'.
"Upacara Matekrok ini adalah upacara untuk memilih para pemuda pemula yang siap mengikuti perang pandan," katanya.
Upacara Matekrok ini, kata Ardana, dilakukan oleh teruna dengan cara menanam ranting pohon yang digantungi buah di sepanjang halaman desa. Selanjutnya, sepuluh orang anak muda yang akan disahkan sebagai anggota teruna yang baru diminta datang ke Bale Agung dengan menggunakan pakaian yang sudah ditentukan.
Setelah itu, mereka diminta mengelilingi ranting pohon yang ditanam tersebut sebanyak tiga kali. "Setelah itu, barulah ranting pohon tersebut direbut oleh anak-anak. Setelah upacara ini usai baru dilanjutkan dengan upacara "Daha Nyambah" di malam hari," katanya.(*)