Denpasar (ANTARA) -
PT PLN (Persero) memasok listrik andal di beberapa rumah sakit di Bali untuk mendukung penuh upaya pemerintah dalam membangun Bali sebagai destinasi wisata medis melalui percepatan penyambungan pasokan listrik bagi fasilitas baru.
General Manager PT PLN (Persero) Unit Induk Distribusi (UID) Bali I Wayan Udayana di Denpasar, Selasa menjelaskan upaya tersebut salah satunya dibuktikan dengan hadirnya pasokan listrik rumah sakit baru Rumah Sakit Umum Bali Royal (BROS) yang terletak di Denpasar, Bali.
Pelebaran sayap Rumah Sakit BROS yang dikhususkan pada fasilitas Ibu dan Anak (RSIA Bali Royal) ini telah didukung listrik PLN dengan daya 690.000 Volt Ampere (VA) yang berhasil disambung 35 hari setelah penyelesaian administrasi oleh pengelola.
Udayana mengatakan pihaknya senantiasa memastikan pelayanan kepada pelanggan menjadi prioritas utama.
Baca juga: Konferensi kedokteran internasional dukung wisata medis di Bali
“Kami ingin memastikan pelanggan terpenuhi kebutuhan listriknya dengan memberikan pelayanan yang melampaui ekspektasi, sehingga untuk penyambungan yang ditargetkan 100 hari nyala sesuai dengan Tingkat Mutu Pelayanan (TMP) dapat diselesaikan lebih cepat,” ujarnya.
Untuk mendukung pembangunan Bali sebagai medical tourism, PLN UID Bali sebelumnya telah memberikan dukungan kelistrikan yang andal ke berbagai fasilitas seperti pelayanan bedah jantung RSUP Prof. Ngoerah pada 2 Februari 2024 lalu yang dilayani dengan daya 1.385 kVA.
Selain itu, Rumah Sakit Internasional Bali di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sanur, Denpasar turut didukung listrik layanan multiguna PLN dengan daya 4x197 kVA.
Udayana mengatakan saat ini cadangan daya untuk sub sistem Bali dalam posisi aman hingga 33,3 persen, sehingga masyarakat yang membutuhkan listrik untuk berbagai keperluan siap dilayani.
Baca juga: Cok Ace : wisata kesehatan jadi model pariwisata berkelanjutan di Bali
Udayana menyatakan listrik di Bali terbilang andal karena itu dirinya meminta investor untuk tidak ragu berinvestasi dan berbisnis di pulau Dewata.
Terkait dengan pengembangan Bali sebagai salah satu destinasi pariwisata kesehatan, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia Sandiaga Salahuddin Uno menyatakan pengembangan wisata kesehatan menjadi prioritas strategi nasional untuk menjawab tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia, yaitu pemulihan ekonomi dan kesehatan pascapandemi.
Kemenparekraf berkolaborasi dengan kementerian/lembaga, asosiasi, dan industri wisata kesehatan lainnya guna mengimplementasi empat pilar yang telah disepakati dalam mengembangkan pariwisata kesehatan, yakni wisata medis, wisata kebugaran, wisata olahraga kesehatan berbasis acara olahraga, dan wisata ilmiah kesehatan berbasis MICE.
Sementara itu, Ketua Bali Medical Tourism Association (BMTA) Dr. I Gede Wiryana Patrajaya dalam forum HIMSS APAC Health Conference & Exhibition beberapa waktu lalu menyampaikan bahwa dari 72 rumah sakit di Bali, sebanyak 14 rumah sakit dan tiga klinik telah menyediakan layanan wisata medis ada enam rumah sakit pemerintah dan delapan swasta.
RS pemerintah yang memiliki layanan unggulan seperti RSUP Prof. Ngoerah untuk layanan jantung, RS Mata Bali Mandara khusus mata, RS Bali Mandara khusus kanker, RS Bhayangkara untuk hiperbarik, RS PTN Universitas Udayana untuk penyakit infeksi, dan RS Mangusada Badung untuk kanker jantung.
Selain rumah sakit pemerintah, layanan wisata medis juga hadir di rumah sakit swasta seperti RS Siloam untuk ortopedi, RS BIMC Nusa Dua untuk kosmetik, RS BIMC Kuta untuk emergency.
Kemudian RS Prima Medika untuk kanker, RS Bali Royal Hospital untuk bayi tabung dan bedah plastik, RS Kasih Ibu Saba dengan hiperbarik, RS Kasih Ibu Denpasar bedah syaraf dan RS Ramata khusus mata.
Untuk tiga klinik yang telah menghadirkan wisata medis di Bali yaitu Dental 911 untuk gigi, Klinik Penta Medika untuk evakuasi dan Klinik 221 Assist untuk evakuasi.