Denpasar (Antara Bali) - Gubernur Bali Made Mangku Pastika mengajak masyarakat setempat untuk kembali mengembangkan budaya "paruman" atau rapat mencapai musyawarah mufakat karena saat ini yang terlihat mulai meninggalkan budaya dialog.
"Oleh karena itu, turut menjadi tugas prajuru (pengurus adat) dan para aparat desa/kelurahan di wilayah masing-masing untuk mewujudkan tatanan masyarakat dalam hubungan menyamabraya (persaudaraan) yang hakiki dengan landasan filosofi tri hita karana," katanya saat menyampaikan sambutan pada "Pembukaan Pemantapan Kapasitas Prajuru Desa Pakraman dan Pengurus Desa" di Denpasar, Rabu.
Ia melihat karena mulai meninggalkan budaya dialog menjadikan masyarakat terkesan mengedepankan kepentingan individu maupun kelompok yang kemudian melahirkan arogansi berlebihan.
Berbagai konflik yang muncul di Bali belakangan ini juga karena mulai meninggalkan nilai-nilai kearifan lokal dengan memandang perbedaan sebagai permasalahan.
"Saya mengajak semua kembali dengan konsep kehidupan keserasian mengembangkan budaya "paruman" atau rapat pada kehidupan keserasian yang pada hakikatnya merupakan budaya dialog," ucapnya.
Budaya dialog, lanjut dia, merupakan tradisi membangun sumbang saran, mengemukakan dan menerima pendapat secara demokratis.
Di sisi lain, ia mengatakan dinamika interaksi sosial yang semakin kompleks dalam masyarakat Bali yang sudah sangat heterogen juga berpotensi menimbulkan berbagai permasalahan sosial yang kompleks. (LHS/T007)