Badung (ANTARA) - Salah satu hunian yang terletak di kawasan Kuta, Kabupaten Badung, belum lama dibangun dengan menghadirkan konsep tropis guna menarik kunjungan wisatawan Tiongkok yang sejak Januari 2023 lalu mulai datang lagi ke Bali.
Di Kabupaten Badung, Jumat, Direktur Hotel Paasha Atelier, Arianto Sjarif membangun konsep tropis sesuai minat turis China pada umumnya.
"Terutama untuk China, sukanya dari sisi udara, di sini adalah tropis karena kalau di negara mereka sebagian tropis dan sebagian dingin. Kemudian mereka sangat suka ke pantai di Bali karena di negaranya relatif jarang ada, sehingga itu yang membuat para turis China datang," kata dia.
Arianto mengatakan itu alasan Hotel Paasha Atelier yang harga per malamnya dibanderol dari Rp600 ribu-Rp2,5 juta tersebut dibangun di jalan utama Kuta da tak jauh dari pantai serta bangunannya didesain tropis dengan ukiran Bali di depan.
Ia mengakui saat ini belum banyak wisatawan asal daratan China yang tiba di Bali, namun mereka yang sudah tiba lebih banyak menyasar hunian bintang lima di kawasan Nusa Dua.
"Turis China mulai banjiri Bali pada April 2023, jadi nanti mereka masuk bergrup sesuai informasi agen perjalanan yang kami ajak kerja sama," ujarnya.
Sejauh ini, hunian baru tersebut masih lebih banyak diisi wisatawan domestik dan mancanegara seperti Rusia, India, dan Vietnam dengan okupansi 60 persen.
"Secara pasar kita 50 persen untuk grup dan 50 persen pribadi, fokusnya lebih banyak ke Asia terutama Asia Tenggara, kemudian India nantinya China, dan tentu saja lokal," kata direktur dari hotel dengan total 175 kamar itu.
Kepada media, Arianto menjelaskan hotel baru tersebut juga berkonsep lingkungan yang berkelanjutan, yaitu dengan mengolah kembali 100 persen air yang dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan penyiraman dan kebersihan.
Kemudian, dilakukan minimalisir plastik di sana, salah satunya dengan mengganti air minum kemasan botol plastik menjadi kemasan kaca, serta di sisi Timur hotel, terdapat kebun yang ditanami bahan pangan untuk memenuhi kebutuhan dapur.
Ia mengakui bahwa tak sedikit pelaku usaha pariwisata menjual properti hotelnya belakangan, namun Arianto optimistis pariwisata di Bali akan kembali normal, karena menurutnya industri tersebut tak akan habis lantaran penikmat pariwisata tak akan berhenti jika tidak merasakan dan datang langsung.
"Kami percaya bahwa pariwisata industri yang belum bisa digantikan oleh apapun, itu sesuatu yang harus dialami sendiri dan terbukti sejak pandemi Bali walaupun baru pulih 60-70 persen sudah bisa kembali turis-turis mancanegara dan lokal untuk datang berwisata," tutupnya.