Oleh I Ketut Sutika
Denpasar (Antara Bali) - PT Bio Farma, satu-satunya produsen vaksin dan antisera di Indonesia, kini lebih memperkuat dan memantapkan kegiatan riset dan penguasaan teknogi.
Terobosan yang dilakukan itu yakni merangkul peranserta dan dukungan kalangan perguruan tinggi dalam memproduksi vaksin yang bermutu untuk mencegah dan menanggulangi berbagai jenis penyakit yang muncul ke permukaan bumi.
Riset yang dilakukan untuk menghasilkan satu jenis vaksin yang dilakukan sendiri bisa membutuhkan waktu hingga 15 tahun, ke depan diharapkan bisa diperpendek bekerja sama dengan kalangan perguruan tinggi, tutur M. Rahman Rustan, corporate secretary PT Bio Farma.
Ia mengatakan hal itu di sela-sela pertemuan ke-13 Jaringan Produsen Vaksin Negara-Negara Berkembang (Developing Countries Voccine Manufacturers Network -DCMN) yang melibatkan 37 produsen vaksin dari 14 negara berkembang di belahan dunia yang berlangsung di Kuta, Bali, 31 Oktober-2 November 2012.
Bekerja sama dengan perguruan tinggi negeri dan swasta di berbagai daerah di Indonesia yang memiliki kemampuan untuk mengadakan riset dan penguasaan teknologi praproduksi, vaksin dapat memperpendek waktu penelitian tersebut.
PT Bio Farma, salah satu BUMN yang sahamnya sepenuhnya milik pemerintah Indonesia yang kini telah berusia 122 tahun, kini menaruh perhatian terhadap pengembangkan produk biologi, karena kebutuhan masyarakat semakin banyak.
Selain itu mereka juga melakukan kerja sama antarperusahaan, antarpemasok bahan baku, hingga agen pemasaran, dengan harapan mampu memproduksi vaksin yang menjadi kebutuhan masyarakat dalam setiap perkembangan zaman, baik di dalam maupun luar negeri.
Bio Farma yang terus melakukan inovasi dalam berbagai bidang, khususnya mengacu pada standar internasional dan sistem manajemen mutu terkini, telah menggalang kerja sama dengan berbagai pihak terkait.
Demikian pula rantai suplai juga terus disempurnakan mulai dari bahan baku hingga penyeluran agen pemasaran. Upaya itu diimbangi dengan menerapkan sistem ISO 9001, ISO 14001, OHSAS 18001 dan tahun 2012 sedang mengimplementasikan sistem "corporate social responsibility-CSR).
Melalui proses produksi dengan pengawasan mutu yang konsisten dan berkesinambungan yang dipantau oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan (POM) yang diakui organisasi dunia yang menangani kesehatan (WHO), diharapkan PT Bio Farma terus melangkah maju dan mampu bersaing di dunia internasional.
Latar Belakang Bioteknologi
Pakar bidang praktik pembuatan obat dari Australia, David Buckley yang ikut ambil bagian dalam pertemuan internasional itu mengatakan, untuk mengembangkan produksi vaskin, produsen harus melibatkan para ahli lulusan perguruan tinggi yang memiliki latar belakang pendidikan bioteknologi.
Selain kemampuan sumber daya manusia (SDM), infrastruktur menjadi salah satu tantangan dalam memproduksi vaksin.
Indonesia melalui PT Bio Farma mampu memproduksi vaksin polio yang terus meningkat, yang sebenarnya perlu dibatasi karena infrastrukturnya yang sangat mahal, selain pembiayaan sumber daya, peralatan, dan bahan baku, ujar David Buckley.
Asisstant Director for Innovation, Information, Evidence and Research WHO Dr Marie Paule Kieny mengatakan, pihaknya telah meminta PT Bio Farma (Persero) segera menyelesaikan pembangunan gedung yang akan dipergunakan untuk memproduksi vaksin influenza.
"Kita tidak tahu kapan dan di mana akan terjadinya pandemik influenza. Jadi, sebagai langkah antisipatif, pembangunan gedung produksi vaksin influenza itu harus segera dapat dirampungkan," katanya.
Bio Farma kini sudah memproduksi vaksin influenza, namun kapasitasnya masih relatif kecil, sehingga langkah selanjutnya harus segera menyelesaikan gedung untuk tempat produksi vaksin sehingga kapasitas bisa ditingkatkan.
Menanggapi permintaan WHO tersebut Kepala Divisi Surveilance dan Uji Klinik Bio Farma, dr Novilia S Bachtiar, mengemukakan, pihaknya akan menyampaikan keinginan badan dunia itu kepada pemerintah (Kementerian Kesehatan).
Kapasitas produksi vaksin Bio Farma selama ini baru cukup untuk memenuhi keperluan jamaah haji Indonesia.
Jumlahnya 250.000 dosis per tahun. Kalau gedung produksi vaksin influenza sudah selesai kapasitas produksi ditingkatkan menjadi 20 juta dosis per tahun.
Dengan adanya transfer teknologi pembuatan vaksin dari WHO kepada Bio Farma melalui Biken Institute di Jepang memberikan dampak positif dalam proses produksi.
Transfer teknologi dilakukan WHO terhadap 13 negara berkembang produsen vaksin lainnya.
Jika pembangunan gedung produksi vaksin influenza rampung, Indonesia akan lebih siap dalam menghadapi pandemik influenza karena kapasitas produksi bisa ditingkatkan.
Saat ini pembangunan gedung produksi vaksin influenza di Bandung, Jawa Barat, terhenti sementara, dan baru mencapai penyelesaian sekitar 80 persen.
PT Bio Farma menempati lahan seluas 91.058 meter persegi di kawasan Jalan Pasteur Bandung, Jawa Barat dan menjadi lokasi dibangunnya fasilitas produksi, penelitian, pengembangan pemasaran serta kelancaran administrasi.
Di lokasi yang strategis itu pula dibangun fasilitas penunjang untuk pengembangbiakan dan pemeliharaan hewan laboratorium di Cisarua Lembang dengan luas 282.441 meter persegi.(*/T007)
Bio Farma Rangkul Perguruan Tinggi
Kamis, 1 November 2012 20:39 WIB