Denpasar (ANTARA) - Bank Indonesia mencatat Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) di Provinsi Bali berdasarkan hasil survei pada Februari 2022 tertahan menjadi sebesar 97,25 karena penurunan aktivitas ekonomi masyarakat.
"Tertahannya keyakinan konsumen ditengarai akibat penurunan aktivitas ekonomi masyarakat seiring dengan peningkatan penyebaran COVID-19 varian Omicron sejak Januari 2022," kata Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Provinsi Bali Trisno Nugroho di Denpasar, Selasa.
Berdasarkan hasil Survei Konsumen Bank Indonesia, setelah pada Januari 2022 berada pada area optimis (105,9), Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Provinsi Bali tercatat sebesar 97,25 pada Februari 2022.
Selain karena penyebaran varian Omicron, penurunan optimisme konsumen yang menyebabkan tertahannya IKK di Februari 2020 juga karena berkurangnya aktivitas pariwisata setelah periode libur Natal dan Tahun Baru.
"Melemahnya optimisme konsumen di Bali searah dengan tren yang berlangsung di tingkat nasional di mana IKK nasional pada Februari 2022 sebesar 113,1, lebih rendah dibandingkan 119,6 pada Januari 2022," ujar Trisno.
Baca juga: BI Bali: Kebijakan PPLN tanpa karantina perlu diiringi layanan terbaik
Bank Indonesia mencatat Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) di Provinsi Bali pada Februari 2022 sebesar 81, melemah dibandingkan pada Januari 2022 sebesar 89.
"Pelemahan tersebut didorong oleh persepsi masyarakat akan kondisi penghasilan saat ini dan ketersediaan lapangan kerja yang belum sesuai dengan yang diharapkan," katanya.
Sementara itu, ekspektasi konsumen terhadap kondisi ekonomi ke depan yang tercermin pada Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) di Provinsi Bali terjaga pada level optimis dengan indeks sebesar 113,5, walaupun menurun dibandingkan pada Januari 2022 sebesar 122,8.
Penurunan ekspektasi konsumen tersebut disebabkan oleh melemahnya perkiraan penghasilan, ketersediaan lapangan kerja dan kegiatan usaha enam bulan yang akan datang.
Namun demikian, lanjut Trisno, tingkat vaksinasi dosis kedua di Bali yang saat ini sudah mencapai di atas 90 persen dan tren penurunan kasus COVID-19 pada Maret ini dapat menjadi sentimen positif bagi ekonomi Bali ke depannya.
"Di samping itu, risiko penularan COVID-19 di sebagian besar kabupaten yang terjaga pada tingkat yang rendah, juga dapat menjadi sentimen positif bagi ekonomi Bali," ucap mantan Kepala KPwBI DKI Jakarta itu.