Jakarta (ANTARA) - Pedagang baju batik sejak beberapa tahun belakangan memanfaatkan platform dagang online untuk memperluas jangkauan mereka.
M. Badrul Falah, pemilik Batik King Projo sejak 2018 lalu menggunakan platform Lazada untuk memasarkan produknya.
"Melalui produk-produk yang bisa dipakai seluruh lapisan masyarakat, saya ingin anak-anak muda bisa lebih mencintai batik dan memakai batik dengan bangga," kata Badrul, dalam siaran pers, dikutip Jumat.
Batik King Projo berdiri sejak 2012, bermula dari toko di Pusat Grosir Tanah Abang, Jakarta. Saat itu penjualan bergantung pada konsumen atau pengecer (reseller) yang belanja langsung ke toko.
Badrul mengatakan penjualan mereka meningkat sejak bergabung dengan pasar online, bahkan mendapatkan konsumen dari luar Pulau Jawa.
Busana batik seringkali dipandang sebagai pakaian wajib saat acara formal. Melalui produknya, Batik King Projo ingin mengembalikan roh batik tulis Pekalongan, namun, tetap mengikuti perkembangan terkini.
Tidak hanya pakaian, mereka juga membuat masker dan sepatu bermotif batik.
Perluasan pasar melalui platform dagang online demi memperkenalkan batik juga dirasakan penting oleh Bateeq, perusahaan asal Solo. Meski pun sudah memiliki banyak toko fisik, berjualan melalui platform online bisa memperkenalkan batik ke anak muda.
"Kami punya harapan dan keinginan yang besar untuk menjadikan batik sebagai fashion dengan beragam model yang bisa dipakai di segala acara, baik acara formal ataupun acara santai serta menjadikan batik kebanggaan masyarakat Indonesia, bahkan hingga dikenal dan dipakai oleh masyarakat dunia," kata staf hubungan masyarakat Bateeq, Keinda Fauri.
Menurut Keinda, platform dagang online seperti Lazada menyediakan ruang untuk mempromosikan batik, misalnya membuat promosi Batik Day, menyediakan kategori khusus batik.
Wakil direktur senior operasional penjual Lazada Indonesia, Haikal Bekti Anggoro melihat ada pertumbuhan jumlah penjual di sentra produksi batik, Pekalongan dan Cirebon pada Maret 2020 hingga Juli 20212.
Penjual batik dari Pekalongan naik lebih dari tujuh kali lipat, sementara dari Cirebon meningkat sekitar delapan kali lipat