Sekretaris Kabinet, Pramono Anung Wibowo, dan Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto, memiliki cara unik merayakan Bulan Bung Karno, yaitu dengan bersepeda di Yogyakarta, Sabtu.
"Bung Karno mengatakan Mens Sana in Corpore Sano, dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat," kata sang menteri seperti dikutip dalam siaran persnya.
Ia mengajak agar seluruh kader PDI Perjuangan merayakan Bulan Bung Karno dengan menjaga kesehatan dengan cara apapun di tengah pandemi Covid-19.
"Tentu dengan tetap menjaga protokol kesehatan ya," kata pria kelahiran 11 Juni 1963 itu.
Keduanya memulai aktivitas bersepeda itu dari Jalan Sudirman, Yogyakarta. Berangkat mulai pukul 05.30 WIB. Sejumlah rekan kerja maupun kolega di PDI Perjuangan turut serta, di antaranya anggota DPR dari Fraksi PDI Perjuangan, Deddy Yevri Sitorus dan Paryono. Ikut juga Kepala Sekretariat DPP PDI Perjuangan, Yoseph Adhi Prasetyo, serta Politisi PDI Perjuangan, Pulung Agustanto dan Bane Raja Manalu.
Semua peserta memakai jersey bertuliskan Spirit of Bung Karno.
Jalur yang dilalui cukup menantang, dari Jalan Jenderal Sudirman, iring-iringan pesepeda bergerak menuju Waduk Sermo dengan jarak sekitar 39 kilometer dari titik awal.
Berhenti di Waduk Sermo, Kulon Progo, Pramono dan Hasto menikmati pemandangan dan berfoto-foto.
Setelah beristirahat sejenak, bersepeda dilanjutkan melewati jalur Selokan Mataram. Bagi pesepeda, jalur ini dikenal sebagai 'Jalur Luna Maya', artis nasional yang beberapa kali bersepeda melewati jalur yang sama.
Berjalan sejauh 23 kilometer, Pramono dan Hasto, cs berhenti di Kopi Klothok Menoreh untuk beristirahat. Tak lama kemudian, bersepeda kembali dilanjutkan. Sempat melewati Bendungan Ancol di Kalibawang, untuk mengarah kembali ke Jalan Sudirman, Kota Yogyakarta.
"Lumayan, ditargetkan 102 kilometer total jaraknya," kata Hasto, saat minum kelapa Kopi Klothok Menoreh.
Hasto bicara soal Yogyakarta, yang menurutnya adalah bauran sempurna sebagai kota revolusi, kota kebudayaan, pendidikan, dan pusat pengembangan kebudayaan Jawa.
Sehingga sepanjang perjalanan, dirinya dan peserta rombongan bisa melihat langsung bagaimana kota itu mengedepankan nilai-nilai kultural penuh dengan kreativitas dan daya cipta.
"Hidup dalam tradisi kebudayaan ini membuktikan bagaimana Pancasila hidup dalam keseharian masyarakat Yogya. Masyarakatnya sangat toleran dan bergotong-royong," kata dia.
Ia juga menyatakan bahwa keindahan Yogyakarta tersebut sejalan dengan nilai 'memayu hayuning bawana', yang beresensi menjaga keseimbangan jagad raya.
Bila lingkungannya tak dijaga dan tercemar, kata dia, maka rusak pula kehidupan manusianya.
"Esensinya kira-kira sama dengan bagaimana kita harus menjaga kesehatan tubuh kita lewat asupan gizi yang baik serta ditambahi aktivitas seperti berolahraga. Sehingga tubuh kita pun tetap sehat," kata dia.
"Seperti yang dulu disampaikan Bung Karno lewat semboyana Mens Sana In Corpore Sano. Beliau begitu visioner, dari sejak dulu sudah mengingatkan bangsa Indonesia menjaga spirit sehat diri. Sehingga akan selalu siap serta mampu membangun Indonesia Maju," katanya.