Denpasar (ANTARA) - Matinya pariwisata akibat pandemi COVID-19 yang melanda Pulau Bali sejak Nyepi 2020 atau pertengahan Maret 2020 hingga melewati Nyepi 2021 (Maret 2021) agaknya benar-benar "mematikan" penghidupan masyarakat Bali yang bergantung pada sektor pariwisata itu.
"Kuta sepi ya, saya pernah ada acara seminggu di Bali, sempat ke Kuta dan Ubud, kawasan-kawasan itu tidak seramai biasanya. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana penderitaan masyarakat Bali yang bergantung pada pariwisata, terutama para perajin," kata wisatawan domestik asal Surabaya, Agus Budi.
Namun, bukan berarti sudah tidak ada lagi "dewa penyelamat" bagi masyarakat Bali, termasuk para perajin dan usaha kecil lainnya di Pulau Dewata yang "babak belur" selama setahun lebih ini.
Seorang perajin rotan di Kota Denpasar, Bali, Anwar Yasin Effendi, mengaku usahanya diselamatkan oleh, apa yang disebutkannya sebagai mata pencaharian baru, sebagai agen BRILink dengan nama BRILink Anwar Rotan.
Perajin rotan itu kini melayani 150 transaksi dalam sehari dengan keuntungan hingga jutaan per-bulan. "Saya sebenarnya sudah beberapa tahun menjadi agen BRILink sambil tetap memproduksi kerajinan rotan," kata agen BRILink sejak 2014 itu.
Saat ini, karena COVID-19, maka produksi kerajinan rotannya terpaksa dihentikan dulu. "Sekarang, kehidupan saya ditopang dengan menjadi agen BRILink ini," ujar Anwar saat ditemui di lokasi usaha di kawasan Jalan Pulau Bungin, Denpasar.
Di masa pandemi, layanan jasa Anwar Rotan masih mampu melayani transaksi hingga 4.500 transaksi setiap bulannya. Dalam sehari, rata-rata ada sekitar 150 transaksi keuangan masyarakat yang dilayani.
"Transaksi paling banyak adalah transfer uang, berbagai jenis pembayaran seperti listrik, BPJS, top up uang elektronik serta cicilan finance," katanya.
Ya, layanan yang paling banyak memang transfer uang. "Karena kalau masyarakat mengirim uang lewat agen BRILink mereka tidak perlu mengantre seperti di Bank. Saya juga berkomitmen untuk terus meningkatkan layanan seperti dengan menargetkan satu menit, satu transaksi harus selesai," kata Anwar.
Ia menjelaskan, capaian selama masa pandemi itu tergolong tinggi, meski sebenarnya juga mengalami penurunan nilai transaksi. Sebelumnya, saat kondisi normal Anwar Rotan bahkan mampu melayani hingga 7.000 transaksi setiap bulan.
"Selama pandemi ini saya masih bisa memperoleh keuntungan sekitar Rp7 juta setiap bulan. Sebelum pandemi rata-rata Rp15 juta per bulan. Pernah juga mencapai puluhan juta dalam satu bulan," katanya.
Pada 2019, Anwar Rotan dinobatkan sebagai Agen BRILink dengan kategori transaksi tertinggi peringkat 13 se-Indonesia. Catatan transaksi itulah yang membuat Anwar Rotan menjadi salah satu agen BRILink dengan transaksi tertinggi di BRI Kanwil Denpasar hingga akhirnya ke tingkat nasional.
"Keberhasilan tersebut dapat saya raih lewat proses yang panjang. Bahkan, sekitar tiga bulan pertama menjadi agen BRILink, saya melakukan jemput bola dengan menunggu nasabah di depan mesin ATM (anjungan tunai mandiri) dengan membawa mesin Electronic Data Capture (EDC)," katanya.
Saat itu, selain menawarkan jasa transaksi, ia juga melakukan sosialisasi kepada masyarakat terkait BRILink dan transaksi apa yang dapat dilayani. "Alhamdulillah, sekarang, membuahkan hasil yang sangat lumayan," katanya.
Seperti Kantor BRI
Hal serupa juga diakui seorang agen BRILink di wilayah Kota Denpasar, Bali, Jaelani. Pemilik usaha kecil-kecilan berupa toko kelontong pun kini telah diselamatkan oleh BRILink yang dikelolanya selama pandemi COVID-19.
Ia juga memulai menjadi agen BRILink sejak tahun 2014 dan saat ini telah mengelola dua agen BRILink yaitu BRILink Jaelani dan BRILink Musrifah.
Bahkan, ia membuat pola layanan serupa seperti di Kantor Bank BRI yang sesungguhnya kepada para nasabah yang datang, hingga mampu meraih keuntungan puluhan juta per bulan.
"Memang kuncinya itu kita harus profesional dalam melayani pelanggan dan harus fokus dan terus meningkatkan kualitas layanan," ujar Jaelani di "kantor"-nya di Denpasar (26/3).
Oleh karena itu, ia dan sejumlah karyawannya dalam keseharian melayani pelanggan selalu mengenakan pakaian seperti pegawai bank. Menurut dia, hal kecil tersebut ternyata berdampak besar dan membuat warga percaya untuk bertransaksi di agen BRILink.
"Ini hal kecil tapi sering dilupakan, padahal dengan penampilan yang profesional itu bisa membuat pelanggan percaya dan nyaman bertransaksi di agen yang saya kelola. Bahkan ada nasabah saya yang bilang kalau lihat kantor BRI dia langsung ingat saya, katanya penampilan saya sudah seperti pegawai bank," ujarnya.
Selain segi penampilan, pria berusia 40 tahun itu juga fokus memberikan layanan yang maksimal dan konsisten serta mengatur tempat lokasi pelayanan nasabah secara khusus agar nasabah dapat lebih nyaman dalam bertransaksi.
"Bahkan, dulu, saat saya memiliki usaha toko kelontong di waktu awal-awal menjadi agen BRILink, saya juga sudah menyediakan meja khusus untuk menempatkan mesin Electronic Data Capture (EDC) guna membuat nasabah percaya dalam melakukan transaksi, sekaligus untuk menyosialisasikan BRILink," katanya.
Saat ini, dalam satu hari, agen BRILink Jaelani dan agen BRILink Musrifah yang dikelola Jaelani dapat melayani 300 hingga 400 transaksi. "Pernah juga mencapai 600 transaksi dalam satu hari," katanya.
Selama pandemi COVID-19, penurunan jumlah transaksinya juga tidak terlalu signifikan. "Ini karena kalau yang di agen BRILink Musrifah ini mayoritas pelanggan saya adalah pedagang pasar, jadi tetap ramai transaksinya, mungkin nominalnya saja yang berkurang," ujar Jaelani.
Sebelumnya, rata-rata ia mampu meraup keuntungan sekitar Rp45 juta setiap bulannya. Namun, selama pandemi, dari dua agen BRILink yang dikelolanya per bulan, ia meraih keuntungan sekitar Rp20 juta.
"Dulu menjadi agen BRILink ini adalah pekerjaan sampingan saya selain menjadi pengusaha air mineral. Namun setelah merasakan keuntungannya sekarang saya berbalik, agen BRILink yang saya utamakan," ujar Jaleani.
Ya, BRILink merupakan perluasan layanan BRI. Program ini mampu mendekatkan perbankan dengan masyarakat melalui gerai/outlet perbankan yang dikelola pihak ketiga atau masyarakat yang mirip bank mini hingga dapat menjadi sumber penghasilan bagi agennya.
Pemimpin Wilayah BRI Denpasar, Rudy Andimono mengatakan program ini dapat melayani transaksi perbankan bagi masyarakat secara real time online dengan konsep sharing fee.
"Hingga 21 Maret 2021, ada 22.373 agen BRILink se-Kanwil BRI Denpasar, yang khusus Bali saja tercatat sebanyak 6.984 agen," katanya.