Tabanan (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Tabanan, Bali, melepasliarkan 65 ekor tukik jenis penyu lekang di Pantai Pengasahan, Selemadeg Barat, Jumat, guna mendukung Gerakan Semesta Berencana Bali Resik Sampah Plastik yang dicanangkan oleh Gubernur Bali I Wayan Koster.
Kegiatan yang dipimpin oleh Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabanan I Made Subagya tersebut juga dirangkai dengan gerakan peduli lingkungan lainnya, di antaranya gerakan penanaman pohon. Puluhan pohon di tanam di sekitar Pantai Pengasahan.
I Made Subagya mengatakan kegiatan ini merupakan komitmen dari Pemerintah Kabupaten Tabanan dalam rangka menyukseskan program Gerakan Semesta Berencana Bali Resik Sampah Plastik, yang dicanangkan oleh Gubernur Bali I Wayan Koster, dengan melibatkan berbagai komponen masyarakat di Tabanan, baik itu swasta, ASN dan masyarakat setempat.
"Tujuannya, agar semua komponen di Tabanan sadar akan pentingnya kebersihan dan bahaya sampah plastik bila terus menerus dibiarkan akan mengancam seluruh ekosistem yang ada. Kegiatan ini menyasar atau menitikberatkan pada objek wisata, fasilitas umum, pasar, pantai, tempat ibadah dan wewidangan Desa Pekraman," katanya.
Setelah gerakan ini pertama kali dibuka di Desa Jatiluwih dan sekarang di Pantai Pengasahan, maka gerakan ini akan terus digalakkan di kabupaten Tabanan dengan Program Taktik (Tabanan Anti Kantong Plastik) dan edukasi Lisa (Lihat Sampah Ambil), yang nantinya dirangkai dengan kegiatan-kegiatan lain yang berkaitan dengan sampah plastik.
Baca juga: ST Tunas Muda Denpasar lepas 70 tukik
Sebelumnya (6/8), BKSDA Provinsi Bali dan aktivis pencinta satwa melepasliarkan dua ekor lumba-lumba ke Pantai Mertasari, Sanur, Denpasar, Bali, yang sebelumnya dua lumba-lumba berjenis kelamin jantan ini dititipkan di Hotel Melka, Buleleng, Bali.
Diberangkatkan menuju Denpasar dengan menggunakan sebuah mobil truk, dua lumba-lumba itu tiba di kawasan objek wisata Pantai Mertasari, Sanur, lalu satu persatu lumba-lumba dibawa ke arah pantai dan dibawa dengan perahu boat untuk dilepasliarkan.
Amang Raga, aktivis pencinta satwa mengatakan, pihaknya bekerja sama dengan BKSDA Bali mengevakuasi dua lumba lumba yang berada di hotel Melka tersebut, lantaran keberadaan tempat untuk menempatkan dua lumba-lumba itu tidak layak.
“Tidak layaknya karena kolam yang digunakan sebagai tempat lumba-lumba tersebut sangat sempit dan perawatan lumba-lumba ini tidak bagus maka dari itu BKSDA dan tim aktivis pencinta satwa memutuskan untuk mengevakuasi dan melepasliarkan dua satwa tersebut,”
katanya.
Baca juga: 2.327 tukik dilepas di Pantai Saba, Bali