Denpasar (ANTARA) - Persatuan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (Perdoski) menyelenggarakan kegiatan ilmiah simposium yang bertema "Innovation in Daily Pratice with the Power of Basic Science in Dermatology" yang dihadiri sedikitnya 600 peserta di Sanur, Bali 26-28 April 2018.
Ketua panitia kegiatan tersebut Prof Dr. Made Swastika Adiguna di Sanur, Bali, Sabtu (27/4), mengatakan peserta dihadiri para dokter Indonesia dengan pembicara dari pakar laser dermatologi dan bedah kulit luar negeri.
"Kegiatan tersebut diselenggarakan oleh 'Indonesian Conference of Lacer Aesthetic Dermatosurgery (ICLAD)' bertujuan memberikan pendidikan lebih mendalam yang menyangkut laser dermatologi," ujarnya.
Swastika Adiguna mengatakan pada kegiatan ini menghadirkan pembicara dari luar negeri dan dalam negeri, antara lain Prof. Lawrence M Field MD (pakar bedah kulit dunia), Prof. L marini MD dan Prof. Andrej Sikovec (pakar laser dematologi dunia dibidang tattoo removal dan endolaser untuk mengobati varices).
"Dalam kegiatan ini kami mengharapkan para peserta menambah wawasan personal kemasyarakatan bersama, di samping mendukung upaya pemerintah dalam pelestarian alam lingkungan, yakni mendukung Bali bebas sampah plastik," ujarnya.
Sementara itu, Ketua Umum Perdoski Dr. dr Yulianto Listiawan mengatakan kegiatan semacam ini sangat penting bagi para dokter spesialis kulit dan kelamin dalam memanfaatkan alat-alat canggih kepada masyarakat yang menderita penyakit tersebut.
"Selain itu, kami juga ingin menyosialisasikan terkait jenis-jenis penyakit kulit kepada masyarakat. Salah satunya jerawat juga merupakan penyakit kulit," katanya.
Ia mengatakan penyakit kulit (jerawat) tidak bisa diremehkan dan dibiarkan, karena penyakit ini juga membuat sakit dan muka kulit menjadi tidak bagus dari estetika. Karena itu perlu mendapatkan penanganan secara baik oleh para dokter.
"Seseorang menderita penyakit kulit tidak boleh meremehkan atau membiarkan penyakit tersebut tanpa penanganan dari dokter spesialis. Karena berdampak akan menjadi cacat pada wajah," ucapnya.
Ditanya soal usulan penyakit jerawat menjadi tanggungan BPJS, kata Yulianto, pihaknya sudah memberi rekomendasi kepada pihak BPJS atau pemangku kepentingan di bidangbtersebut sekitar dua tahun lalu. Namun sampai saat ini belum dijadikan poin menjadi tanggungan BPJS.
"Kami sudah merekomendasikan dan usulan agar penyakit jerawat menjadi tanggungan BPJS. Tapi sampai saat ini belum dianggap menjadi perhatian pihak BPJS," katanya.