Denpasar (Antaranews Bali) - Kementerian Perdagangan memantau stok dan harga sejumlah komoditas, khususnya yang rentan mengalami lonjakan menjelang Hari Raya Galungan dan Kuningan, Natal, dan libur panjang Tahun Baru.
"Secara umum harga masih relatif stabil," kata Staf Ahli Bidang Perdagangan Jasa Kementerian Perdagangan Lasminingsih di Denpasar, Rabu.
Meski harga sejumlah komoditas dianggap masih cukup stabil, namun beberapa di antaranya mengalami kenaikan.
Dari hasil pantauan Kemendag dan instansi terkait di Pasar Kreneng dan Pasar Badung Denpasar kenaikan harga terutama terjadi pada dua kebutuhan pokok yakni daging ayam dan cabai.
Harga cabai rawit per kilogram rata-rata mengalami kenaikan Rp1.000-Rp2.000 namun dinilai masih bisa ditoleransi.
Kenaikan harga cabai, kata dia, diperkirakan karena kondisi peralihan cuaca dari kemarau ke musim hujan saat ini sehingga mempengaruhi produksi, sedangkan harga daging ayam per kilogram mencapai kisaran Rp39 ribu hingga Rp40 ribu atau naik dibandingkan harga acuan mencapai Rp34 ribu.
Dalam kesempatan itu ia meminta instansi terkait termasuk distributor untuk ikut menjaga agar harga kebutuhan pokok itu tidak melaju tinggi kembali terutama mendekati Galungan, Natal dan Tahun Baru.
Ia memperkirakan kenaikan harga daging ayam tersebut terjadi karena tingginya permintaan untuk konsumsi mengingat di Bali saat ini "musim" pernikahan, sehingga kebutuhan daging ayam melonjak sejak beberapa hari terakhir yang banyak digunakan untuk hajatan atau pesta pernikahan.
Senada dengan Lasminingsih, Kepala Seksi Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan Dinas Peternakan Provinsi Bali Jose Manuel Sarmento mengatakan kenaikan harga daging ayam diprediksi karena tingginya permintaan daging ayam segar.
Ia menampik kenaikan harga itu karena stok yang menipis karena saat ini di Bali stok daging ayam bahkan melampaui total rata-rata kebutuhan masyarakat setempat.
Dalam rapat koordinasi stabilisasi harga dan ketersediaan pasokan di Denpasar, Jose menjelaskan produksi daging ayam di Bali per tahun mencapai sekitar 131 ribu ton.
Belum lagi, ada sekitar 263 ribu ton daging ayam yang dipasok dari luar Bali untuk memenuhi industri pariwisata, sedangkan total kebutuhan daging ayam per tahun, lanjut dia, mencapai sekitar 48 ribu ton.
"Ini ada surplus. Sebenarnya kalau masyarakat bisa mengonsumsi daging ayam beku mungkin tidak terjadi kenaikan. Tetapi masyatakat di Bali lebih banyak menginginkan daging ayam segar," katanya.
Terkait dengan daging ayam beku, Kemendag mengatakan pemerintah melalui Bulog memiliki pasokan daging ayam beku yang sewaktu-waktu dapat digelontorkan ke pasar apabila stok tidak mencukupi.
Sementara itu, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali Putu Astawa mengatakan pihaknya akan meningkatkan koordinasi dengan Polda Bali termasuk dengan Satgas Pangan untuk mengintensifkan inspeksi mendadak ke sejumlah titik.
Upaya itu untuk mengatasi ulah para spekulan yang kerap memainkan harga memanfaatkan situasi dan kondisi menjelang hari besar keagamaan atau musim tertentu.
"Ini yang perlu kami waspadai adanya spekulan karena kalau ada yang nakal, sedangkan banyak permintaan, dia akan menyetok. Ini jangan sampai terjadi," ucapnya.
Provinsi Bali menjadi salah satu daerah yang disasar Kemendag dalam pemantauan harga menjelang hari besar seperti Natal dan Tahun Baru karena saat libur panjang, Pulau Dewata akan menjadi pusat kunjungan wisatawan.
Selain Bali, Kemendag juga memantau perkembangan stok dan harga di 15 provinsi lainnya di antaranya Sumatera Utara, Sulawesi Utara, NTT, Papua dan Kalimantan. (ed)