Negara, Bali (Antaranews Bali) - Banjir yang melanda ratusan rumah warga Desa Pengambengan yang merupakan desa pesisir di Kabupaten Jembrana, Bali sampai saat ini belum surut.
Pantauan di lapangan, hujan lebat yang kembali turun Kamis (29/11) malam hingga Jumat dinihari, membuat permukaan air banjir kembali naik bahkan lebih besar dari hari sebelumnya.
"Banjir yang pertama kemarin hanya sampai teras rumah saya, sekarang kurang sedikit lagi masuk ke dalam rumah. Saya sumpal bagian bawah pintu dengan kain agar air tidak masuk," kata Hasan, salah seorang warga Dusun Kelapa Balian, Desa Pengambengan, Kecamatan Negara.
Ia mengatakan, hujan yang kembali turun membuat dapurnya kembali terendam air setinggi betis, sehingga isterinya memasak dengan kaki terendam air banjir.
Hal yang sama juga terjadi pada rumah dan dapur Jamal, warga lainnya, bahkan air banjir di dapurnya mencapai ketinggian lutut orang dewasa, sehingga merendam sepeda motor yang ia parkir di dalam dapurnya.
Selain di Dusun Kelapa Balian, sebagian besar rumah warga Dusun Munduk juga terendam air banjir yang di beberapa lokasi tingginya sempat mencapai pinggang orang dewasa.
Beberapa warga yang ditemui mengaku, mereka terpaksa mengungsi ke rumah kerabatnya yang tidak terendam air, karena rumah tinggalnya tidak bisa ditempati.
Selain kesulitan beraktivitas, warga juga mulai khawatir rumah mereka roboh karena air banjir yang deras menggerus tanah pasir di sekitar pondasi rumah mereka.
Untuk mencegah hal tersebut, salah seorang warga di Kampung Kedunen, Dusun Munduk memasang karung berisi pasir sebagai benteng di pondasi rumah, yang tanahnya mulai tergerus arus banjir.
Agar air cepat surut, warga bersama aparat dusun dan desa setempat berusaha membuat jalan air menuju arah laut, termasuk dibantu Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jembrana dengan mendatangkan alat berat untuk mengeruk tanah.
Dari beberapa lokasi yang terendam banjir cukup tinggi, sebagian warga di Dusun Kelapa Balian masih kesulitan untuk mencari jalan pembuangan air, karena antara rumah mereka dengan jalur ke pantai dibatasi jalan provinsi.
"Kalau mau air cepat surut jalan ini harus dibongkar, tapi apa mungkin karena informasinya jalan ini wewenangnya ada di provinsi. Kami jadi bingung," kata Hasan.
Agar air surut, warga di pemukiman ini hanya berharap dari serapan tanah, serta hujan tidak turun lagi agar banjir tidak bertambah besar.