Gianyar, (Antaranews Bali) – Ketua Komisi X DPR Djoko Udjianto mengatakan destinasi wisata Monkey Forest Ubud sebagai suatu keajaiban karena wisata konservasi alam yang dikelola oleh pemerintahan desa Padang Tegal, kecamatan Ubud, kabupaten Gianyar mampu menyedot 10 persen turis yang datang ke Indonesia.
“Jumlah kunjungan turis ke Monkey Forest Ubud tahun 2018 pasti mencapai 1,5 juta orang. Hal ini pertanda sekitar 10 persen dari 15 juta turis ke Indonesia itu datang ke sini, sebuah wisata konservasi alam yang dikelola oleh pemerintahan desa. Bagaimana jika desa-desa lain mampu seperti Padang Tegal. Rakyat Indonesia pasti hidup makmur,” kata Djoko, yang disambut tepuk tangan gemuruh, di Gianyar, Kamis.
Komisi X DPR, salah satunya membidangi pariwisata mengunjungi Monkey Forest Ubud, Gianyar. Ada sebanyak 14 anggota Komisi X DPR melakukan kunjungan kerja ke Ubud. Ikut pula mendampingi sejumlah pejabat kementerian pariwisata dan badan ekonomi kreatif.
“Pemerintahan Desa Padang Tegal mampu meraup Rp65 miliar lebih dari pengelolaan Monkey Forest Ubud, dan memberikan pendapatan pajak kepada negara sekitar Rp7 miliar lebih. Melihat bagaimana wisata alam ini dikelola dengan baik dan paparan kinerjanya yang bagus, birahi saya meluap-luap karena latar belakang pendidikan saya Tehnik Konservasi Lingkungan di UGM,” kata ketua Komisi X DPR, yang langsung disambut gelak tawa rombongan wakil rakyat itu.
“Wisata Monkey Forest Ubud ini bisa seperti wisata kota tua di Kroasia namanya Dubrovnik, sebuah kota tua yang cantik di pinggi pantai. Saking banyak turis ke sana, terpaksa kedatangan turis distop dan diatur jumlahnya agar tetap nyaman. Destinasi wisata Monkey Forest Ubud ini nantinya bisa seperti Dubrovnik saking tinggi jumlah kunjungan turis,” tambah Djoko, politisi partai Demokrat.
“Kami minta kementerian pariwisata menjadikan wisata Monkey Forest Ubud sebagai contoh sukses yang wajib ditiru seluruh desa di Indonesia . Sudah pasti banyak desa memiliki keunikan, misalkan, di daerah pilihan saya di Grobogan, Blora memiliki Api Abadi Mprapen, yang bisa dikelola dengan baik menjadi wisata kelas dunia,” tambah dia.
Ketua Bendesa (desa adat) Padang Tegal I Made Gandra yang menerima rombongan komisi X DPR menjelaskan, hutan yang berisi sekitar 900 monyet ini mulai dikelola masyarakat desa Padang Tegal, kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar sejak tahun 1971. “Waktu itu dikelola secara swadaya oleh masyarakat. Mulai dikelola secara professional tahun 1980an,” katanya.
“Kunjungan turis dari tahun ke tahun meningkat terus, awalnya luas hutan hanya 8,5 Ha pada tahun 2013, kami perluas menjadi 12,5 Ha pada tahun 2017. Jadi hutan lindung ini yang menjadi paru-paru di kota Ubud makin meluas,” tambah Made Gandra.
Akibat kesuksesannya menjaga konservasi alam hutan Ubud, pemerintahan desa Padang Tegal menyabet banyak penghargaan. Di antaranya, penghargaan obyek wisata alam terbaik ke-2 se Bali tahun 1992, penghargaan Bali Best Brand Award tahun 2011, meraih Trophy Kalpataru dari Presiden Tahun 2012, desa sadar lingkungan se Bali tahun 2013, dan desa percontohan pengelolaan sampah se Bali tahun 2017.
Dampak dari berbagai penghargaan, kunjungan turis ke Monkey Forest Ubud meningkat terus, misalkan tahun 2015, mencapai 383.803 turis dengan pendapatan Rp10,47 miliar, tahun 2015 kunjungan turis naik menjadi 665.303 orang dan meraih pendapatan Rp25,03 miliar. Tahun 2017, kunjungan turis meningkat 200 persen lebih menjadi 1.343.152 orang dan meraup pendapatan Rp63,8 miliar. Tahun 2018, posisi September, jumlah turis 1,14 juta orang dan pendapatan sebesar Rp56,4 miliar.