Tabanan (Antaranews Bali) - Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati menilai Festival Jatiluwih di Kabupaten Tabanan, Bali, adalah festival yang lebih menceritakan tradisi dari masyarakat Jatiluwih di bidang pertanian.
"Festival ini lebih memperkenalkan budaya dan tradisi warga sini dan juga keindahan alam sekitar di hamparan sawah sebagai objek wisata Jatiluwih," katanya saat membuka festival yang berlangsung dua hari itu (14-15 September) itu di Jatiluwih, Tabanan, Bali, Jumat.
Ia mengatakan jika ingin mendongkrak pariwisata pada satu wilayah kabupaten di Bali mestinya festival ini tidak diadakan selama dua hari, namun diselenggarakan selama satu minggu atau paling maksimal satu bulan.
"Dengan demikian, saya rasa jumlah kunjungan wisatawan di objek wisata ini akan lebih baik dan meningkat lagi, namun saya optimis bahwa Bali mampu melampaui target kunjungan wisatawan sampai akhir tahun nanti," katanya.
Dalam kesempatan itu, Manajer Opersional DTW Jatiluwih, I Nengah Sutirtayasa, mengatakan kenaikan nilai tukar dolar AS terhadap rupiah tidak berpengaruh pada kunjungan wisatawan, namun justru meningkatkan kunjungan wisatawan di objek wisata Jatiluwih.
"Kenaikan nilai mata uang dolar terhadap rupiah tidak berpengaruh pada kunjungan wisatawan ke objek wisata Jatiluwih, karena jumlah wisatawan yang berkunjung per hari mampu mencapai 400-1.200 orang, padahal sebelumnya hanya 400-an pengunjung per hari," katanya.
Pada DTW Jatiluwih itu, para wisatawan dapat menikmati suasana sejuknya hamparan sawah yang hijau dan mencoba wahana? "tracking" yang membuat nyaman dalam berpetualang menikmati pemandangan hamparan sawah berundak (terasering) seluas 298 hektare dan permainan membajak sawah dengan kerbau.
Festival kedua yang diadakan pada 14-15 September 2018 itu dilaksanakan di D`uma Jatiluwih yang merupakan sebuah "amphitheater" yang berdiri di kawasan perbukitan di tengah sawah seluas sekitar 2 hektare tanpa mengganggu aktivitas pertanian setempat.
Selama dua hari, festival itu diramaikan dengan sejumlah kegiatan berupa tradisi dan seni dari petani setempat seperti aktivitas membersihkan areal persawahan khas Jatiluwih atau "mejukut", lalu kolaborasi musisi Gilang Ramadhan dengan petani wanita yang menabuh lesung atau alat tradisional dalam mengolah padi juga akan ditampilkan.
Selain itu, Tari Rejang Kolosal, Tari Bunga Sandat, Tari Sekar Jagat dan kesenian lain juga akan ditampilkan pada festival yang turut menghadirkan sejumlah musisi, diantaranya Balawan, Indra Lesmana, Keytar Trio, Leanna Rachel dan Ginda Bestari serta sejumlah musisi lainnya. (WDY)
Video oleh Pande Yudha