Denpasar (Antaranews Bali) - Budayawan dan akademisi Institut Seni Indonesia Denpasar Prof Dr I Wayan Dibia mengkritisi rencana Calon Gubenur Bali terpilih Wayan Koster yang ingin membangun Pusat Kebudayaan Bali dalam satu kawasan.
"Kalau saya sih setuju-setuju saja, persoalannya 'kan sekarang perlu dipertimbangkan, perlu diperhitungkan, kalau itu pusat kebudayaan, Bali sendiri pulau pusat kebudayaan. Ini orientasinya apa perlu diperjelas?," kata Prof Dibia, di Denpasar, Selasa.
Dibia juga mempertanyakan orientasi Pusat Kebudayaan tersebut nantinya, apakah merupakan pusat untuk pengkajian sehingga nantinya muncul pemikiran-pemikiran yang bernas membahas situasi kebudayaan Bali, sedangkan aktivitasnya sendiri memang sudah menyebar di seluruh Bali.
"Kedua, dari sisi pemilihan lokasi, kalau memang harus dilakukan, harus juga dipertimbangkan apakah bisa kita akan mendapat tempat yang me-taksu (memiliki vibrasi spiritual) seperti Taman Budaya (Art Center) yang sudah ada?," ucapnya.
Selain itu, lanjut dia, apa perlu membangun satu tempat untuk keseluruhan kegiatan kebudayaan, ataukah dipisah-pisah. Misalnya untuk kegiatan seni pertunjukan di Denpasar dan kegiatan seni rupa dipisah di kabupaten lain, sehingga apresiasi masyarakat terhadap aktivitas seni akan terbangun secara merata.
"Dengan begitu, masyarakat secara menyeluruh bisa kita bina apresasi mereka. Sebab kalau tidak, semuanya akan bertumbuh di Denpasar dan itu artinya akan membina apreasiasi di satu wilayah saja, sedangkan di daerah lainnya tidak ada," ujarnya.
Secara umum, Prof Dibia menyetujui usulan tersebut, hanya pertimbangan-pertimbangannya harus lebih matang. Selain itu, budayawan inipun menyatakan tidak sepakat jika nilai historis Taman Budaya (Art Center) hanya dipandang dari sisi tempat pelaksanaan Pesta Kesenian Bali yang hingga tahun ini sudah berusia 40 tahun.
"Ini kan pusat kebudayaan, Taman Budaya, Werdhi Budaya. Ini 'kan tidak hanya pada kesenian apalagi seni pertunjukan, harus semua aktivitas budaya ada disini. Tinggal sekarang bagaimana menyiasatinya," ucapnya.
Dia mencontohkan kalau ada kesulitan untuk pelaksanaan pameran di lokasi Taman Budaya saat ini, menurut dia dapat dibangun ruang pameran yang lokasinya tidak jauh dan masih merupakan aset pemerintah daerah. Jadi, habis nonton pertunjukan, dengan jarak setengah kilometer misalnya bisa melihat pameran.
"Belum lagi bicara masalah pendanaan. Biar tidak berpikir besar, tetapi tidak memikirkan realitas pendanaan pemerintah daerah," ucapnya.
Prof Dibia tidak menginginkan ketika baru ganti pimpinan daerah, terus ganti strategi, yang akhirnya tidak pernah maju karena selalu berangkat dari nol.
Sebelumnya Cagub Bali terpilih Wayan Koster mengatakan salah satu program prioritasnya dalam jangka pendek adalah akan membangun Pusat Kebudayaan Bali dalam satu kawasan yang meliputi panggung terbuka, gedung teater, museum tematik, dan Bali International Convention Center.
"Kami akan meninjau lokasi dulu, ada (lahan Pemprov Bali-red) di Padanggalak, ada di Kertalangu, ada di Tohpati. Kami mau tinjau dulu mana yang paling memungkinkan, pertama dari luasan lahan dan lingkungan sekitar," kata Wayan Koster belum lama ini. (ed)
Prof Dibia kritisi rencana pembangunan pusat kebudayaan
Selasa, 7 Agustus 2018 16:12 WIB