Denpasar (Antaranews Bali) - Gubernur Bali Made Mangku Pastika menyoroti sekitar 75 persen siswa SD di Pulau Dewata memiliki berat tubuh yang tidak ideal dan sekitar 61 persen dengan kondisinya yang tidak bugar.
"Dengan kondisi seperti ini, para ahli kesehatan dan ahli gizi mengatakan kita sesungguhnya dalam kondisi berbahaya," kata Pastika saat memberikan sambutan pada peluncuran Toko Tani Indonesia Center, di Denpasar, Jumat.
Pihaknya mengkhawatirkan, dengan prediksi dalam 10 hingga 15 tahun ke depan akan terjadi bonus demografi, maka para generasi penerus nanti itu akan menjadi generasi yang lemah dan tertinggal karena kondisinya tidak bugar dan beratnya tidak ideal.
Berat tidak ideal yang dimaksud Pastika, yakni dari 75 persen anak SD itu ada yang beratnya berlebih dan ada yang justru terlalu kurus. Hanya 25 persen anak SD di Bali yang gizinya normal sehingga beratnya ideal.
Mengenai penyebab anak-anak SD di Bali tidak bugar, menurut Pastika karena para siswa dipaksa oleh sekolahnya untuk memenuhi sejumlah kriteria pendidikan tertentu yang menyebabkan mereka kehilangan waktu untuk melatih fisiknya, serta ditambah penggunaan gadget yang tidak asing lagi di kalangan anak-anak.
"Hari libur seharusnya anak berolahraga dan bermain, namun cukup dikasi gadget, diam anaknya. Bapaknya main gadget, ibunya juga main gadget," ucapnya.
Hal yang tidak kalah mengkhawatirkan, sekitar 90 persen siswa SD juga tidak suka makan sayur, buah-buahan dan ikan. Jadi, kata Pastika meskipun angka gizi buruk di Bali termasuk terbaik nasional karena angkanya di bawah 20 persen, tetap persoalan-persoalan tersebut harus dibereskan.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali dr Ketut Suarjaya mengatakan data-data yang disampaikan oleh Gubernur Bali tersebut berdasarkan hasil penelitian dari dinas kesehatan setempat.
Pihaknya telah melakukan penelitian pada April 2018 dengan mengambil sampel 500 siswa SD di lima kabupaten di Bali, setiap kabupaten diambil sampel masing-masing 100 siswa SD.
"Dari sisi kebugaran 61 persen siswa tidak bugar, enam persen yang sangat bugar, dan sisanya 33 persen cukup bugar," ucapnya.
Suarjaya berasumsi penyebab banyaknya anak SD tidak bugar karena kurangnya aktivitas fisik yang dilakukan. Para siswa terlalu banyak kegiatan di sekolah sehingga menyebabkan mereka tidak sempat melakukan aktivitas fisik, di samping tren penggunaan gadget.
"Untuk mengukur kebugaran di antaranya digunakan teknik meminta siswa untuk berlari hingga mengangkat beban. Kalau yang tidak bugar tentunya akan mudah lelah, cepat mengantuk, tidak konsentrasi dalam belajar," ucapnya.
Mengenai penyebab rendahnya konsumsi sayur dan buah di kalangan anak-anak, kata Suarjaya, tidak terlepas karena ada kecenderungan anak-anak dibiasakan mengkonsumsi daging.
"Oleh karena itu, para orang tua kami harapkan lebih memperhatikan pola konsumsi anak-anak agar gizinya berimbang. Selain pihak sekolah juga dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk bisa beraktivitas fisik," ujar Suarjaya. (WDY)