Negara (Antara Bali) - Proyek-proyek yang dibiayai dari APBD Pemkab Jembrana terpengaruh status awas Gunung Agung, yang menyebabkan kelangkaan pasir.
"Selama ini suplai pasir paling besar ke Jembrana berasal dari Kabupaten Karangasem. Otomatis dengan status awas Gunung Agung yang terletak di kabupaten tersebut, pasokan pasir jadi berkurang bahkan langka," kata Ketua Komisi C DPRD Jembrana Ida Bagus Susrama, di Negara, Kamis.
Ia mengatakan, rekanan kesulitan untuk mendapatkan pasir, yang berdampak pada waktu pengerjaan proyek yang kemungkinan besar molor dari seharusnya.
Terkait hal tersebut, ia mengaku, sejumlah asosiasi yang menaungi pemborong, mengajukan surat ke Pemkab Jembrana mohon perpanjangan waktu pengerjaan proyek.
"Meskipun di Kabupaten Jembrana ada beberapa tambang pasir, namun tidak mampu mencukupi kebutuhan, karena pembangunan infrastruktur membutuhkan pasir yang banyak," katanya.
Karena disebabkan faktor alam, ia minta eksekutif untuk segera mengambil langkah-langkah, agar pembangunan fisik tidak terhambat.
Dengan kondisi kelangkaan pasir, ia juga khawatir, tidak ada rekanan yang berani menawar tender proyek fisik yang dilakukan Pemkab Jembrana, sehingga berpengaruh terhadap serapan anggaran.
Hj. Nurida, salah seorang rekanan membenarkan kelangkaan pasir yang jika ada harganya melambung tinggi, sehingga menyulitkan pemborong.
Hadi, salah seorang pemilik toko bangunan di Desa Pengambengan juga menghadapi masalah yang sama, karena dirinya hanya bisa menyediakan pasir lokal dengan jumlah yang terbatas.
"Kalau dari Kabupaten Karangasem sudah tidak ada pasokan sama sekali, untuk pasir lokal karena banyak yang mencari juga sulit mendapatkannya, dan harganya naik," katanya.(GBI)