"Sosialisasi itu perlu dilakukan agar mereka juga mendapatkan informasi sehingga tidak terjadi kepanikan," kata Ketua Asosiasi General Manajer Hotel Indonesia (IHGMA) Bali Nyoman Astama ketika menghadiri Konferensi Internasional General Manajer Hotel di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Rabu.
Menurut Astama, komunikasi intensif juga dilakukan dengan pelanggan dari agen perjalanan wisata luar negeri termasuk wisatawan asing yang akan ke Bali bahwa pariwisata masih berjalan seperti biasa meskipun status vulkanik gunung tertinggi di Pulau Dewata itu berada pada level siaga.
Dia menjelaskan level siaga Gunung Agung tidak membuat wisatawan khususnya mancanegara membatalkan atau menjadwal ulang kedatangan mereka di Bali.
Senada dengan Astama, Ketua Bali Hotel Association (BHA) Ricky Putra ditemui dalam kesempatan terpisah mengatakan hingga saat ini belum ada pembatalan atau penundaan kunjungan ke Pulau Dewata.
Begitu juga wisatawan asing yang sudah ada di Bali, Ricky menambahkan belum ada yang mempersingkat waktu tinggal mereka.
"Mereka tahu dan peduli bahwa di Bali tengah berupaya mewujudkan keselamatan kepada masyarakat terkait peningkatan status Gunung Agung," ucapnya.
Menurut Ricky, penyampaian informasi detail dan terbuka kepada wisatawan mancanegara merupakan salah satu langkah antisipatif sehingga mereka juga memahami situasi alam yang tidak dapat diprediksi itu.
Hal tersebut juga dilakukan agar wisatawan terhindar dengan isu-isu kurang jelas atau kabar "hoax" terkait peningkatan aktivitas di gunung yang disucikan umat Hindu tersebut.
Dia menjelaskan per Agustus 2017 tingkat hunian rata-rata 152 hotel di bawah naungan BHA mencapai sekitar 74 persen atau melonjak lima hingga enam persen jika dibandingkan periode sama tahun sebelumnya.
Sebagian besar wisatawan mancanegara tersebut, lanjut dia, masih didominasi dari China dan Australia. (Dwa)