Denpasar (Antara Bali) - Duta kesenian dari Provinsi Bali mengangkat tari tradisi dari Desa Tenganan Pegringsingan, Kabupaten Karangasem, dalam ajang Parade Tari Nusantara ke-36 yang dilaksanakan di Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta, pada Sabtu (19/8).
"Tari kreasi yang ditampilkan perwakilan Bali yang dinamakan Patemon Teruna Daha ini terinspirasi dari tari Abuang Luh Muani yang merupakan salah satu tari prosesi di Desa Tenganan Pegringsingan," kata Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali Dewa Putu Beratha, di Denpasar, Minggu.
Pemilihan tari tersebut, lanjut dia, menyesuaikan dengan tema Parade Tari Nusantara tahun ini yang bertajuk "Kreativitas Tari pada Proses (rangkaian) Adat Masyarakat Daerah Berbasis Seni Kerakyatan".
"Kegiatan Parade Tari Nusantara juga merupakan salah satu upaya untuk melestarikan, mengembangkan dan mengenalkan khazanah tari daerah sebagai salah satu kekayaan budaya Indonesia kepada seluruh masyarakat Indonesia, terutama generasi muda sebagai penerus bangsa," ucap Dewa Beratha didampingi Kabid Kesenian dan Tenaga Kebudayaan Disbud Bali Ni Wayan Sulastriani.
Dalam parade yang diikuti oleh perwakilan 26 provinsi di Tanah Air itu, Bali diwakili oleh Yayasan Pancer Langit yang membawakan tari kreasi Patemon Teruna Daha. Kata "patemon" bermakna pertemuan, "teruna" artinya remaja putra dan "daha" artinya remaja putri.
Karya ini dimaknai sebagai tarian yang mempertemukan remaja putra dan putri agar terbangun rasa saling mengenal dan menyukai satu sama lainnya, sesuai dengan tari Abuang Luh Muani dari Tenganan Pegringsingan yang menginspirasi penciptaan tari kreasi tersebut.
"Bagi masyarakat Tenganan yang adatnya sangat ketat yakni para pemuda-pemudinya tidak boleh kawin keluar desa, maka upaya untuk membangun kedekatan rasa diantara pemuda-pemudi di Tenganan Pegringsingan dilakukan lewat Abuang Luh Muani itu" ujar Dewa Beratha.
Di salah satu desa yang termasuk Desa Bali Aga tersebut, tari Abuang Luh Muani dibawakan oleh pemuda-pemudi dengan cara berdiri dan berhadap-hadapan, dengan posisi tangan dibentangkan, serta digerakkan mengikuti alunan gamelan selonding.
"Mengutip pernyataan Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid, maka parade ini memang mempertunjukkan tari garapan baru yang berpijak pada tari tradisi daerah sehingga produksi yang dihasilkan merupakan tari yang tetap mencerminkan kekhasan seni budaya tradisi, namun memberikan corak baru yang memperkaya khazanah tari Indonesia," katanya,
Dalam parade tahun ini, Bali berhasil mendapatkan yang terbaik untuk semua kategori yang diparadekan yakni penyaji unggulan, penata tari unggulan (I Gusti Ngurah Agung Giri Putra), penata musik unggulan (I Wayan Sudiarsa), serta penata rias dan busana unggulan (I Gusti Ngurah Agung Sasmitra).
Provinsi Bali dalam kesempatan itu juga menyerahkan piala bergilir yang diserahkan oleh Kepala Dinas Kebudayaan karena pada tahun sebelumnya berhasil meraih Juara Umum.(WDY)