Negara (Antara Bali) - Sirkuit makepung di Kelurahan Sangkaragung, Kabupaten Jembrana dilengkapi dengan hutan mangrove, yang mulai ditanam Jumat.
Wakil Bupati I Made Kembang Hartawan bersama dengan sejumlah pejabat, staf, pelajar hingga masyarakat umum menanam 2500 pohon bakau di pinggir sirkuit pacuan kerbau khas daerah Jembrana ini.
"Sirkuit ini ditargetkan selesai tahun 2017. Ini merupakan sirkuit makepung permanen di Kabupaten Jembrana dan ditata dengan apik," kata Kembang.
Ia mengatakan, dengan keberadaan hutan mangrove, sirkuit makepung tersebut memiliki nilai tambah, karena penonton yang datang tidak hanya melihat pacuan kerbau tapi juga disuguhi hutan bakau yang hijau.
Kepada masyarakat yang hadir, ia mengimbau, agar memperkenalkan sirkuit tersebut berikut kelebihannya lewat media sosial, yang akan membuat wisatawan tertarik untuk datang.
"Kami pilih mangrove, karena lahan disini bekas rawa. Selain itu, pohon ini efektif untuk mencegah pemanasan global dan menjaga kualitas udara serta air," katanya.
Ia mengatakan, tahun 2017 akan dibangun fasilitas penunjang seperti tribun VIP, tower untuk panitia, areal parkir dan arena berjualan bagi masyarakat dengan total anggaran Rp2,5 miliar.
Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, Olahraga, Budaya Dan Pariwisata Jembrana Nengah Alit mengatakan, sirkuit ini memiliki panjang 1 kilometer lebih, dengan lebar di areal start enam meter, dan setelah itu melebar hingga sembilan meter.
Makepung merupakan kesenian atrasi khas Kabupaten Jembrana, yang mempertandingkan pacuan dua pasang kerbau di jalan subak atau persawahan.
Saat pertandingan resmi, biasanya dibagi dua kelompok yaitu Ijogading Barat dan Ijogading Timur, yang masing-masing mengeluarkan pasangan kerbau dalam jumlah tertentu untuk dipertandingkan siapa yang tercepat.
Kesenian atraksi ini oleh Pemkab Jembrana menjadi salah satu andalan untuk menarik wisatawan, sehingga berbagai fasilitas dibangun termasuk yang di Dusun Samblong, Kelurahan Sangkaragung.(GBI)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
Wakil Bupati I Made Kembang Hartawan bersama dengan sejumlah pejabat, staf, pelajar hingga masyarakat umum menanam 2500 pohon bakau di pinggir sirkuit pacuan kerbau khas daerah Jembrana ini.
"Sirkuit ini ditargetkan selesai tahun 2017. Ini merupakan sirkuit makepung permanen di Kabupaten Jembrana dan ditata dengan apik," kata Kembang.
Ia mengatakan, dengan keberadaan hutan mangrove, sirkuit makepung tersebut memiliki nilai tambah, karena penonton yang datang tidak hanya melihat pacuan kerbau tapi juga disuguhi hutan bakau yang hijau.
Kepada masyarakat yang hadir, ia mengimbau, agar memperkenalkan sirkuit tersebut berikut kelebihannya lewat media sosial, yang akan membuat wisatawan tertarik untuk datang.
"Kami pilih mangrove, karena lahan disini bekas rawa. Selain itu, pohon ini efektif untuk mencegah pemanasan global dan menjaga kualitas udara serta air," katanya.
Ia mengatakan, tahun 2017 akan dibangun fasilitas penunjang seperti tribun VIP, tower untuk panitia, areal parkir dan arena berjualan bagi masyarakat dengan total anggaran Rp2,5 miliar.
Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, Olahraga, Budaya Dan Pariwisata Jembrana Nengah Alit mengatakan, sirkuit ini memiliki panjang 1 kilometer lebih, dengan lebar di areal start enam meter, dan setelah itu melebar hingga sembilan meter.
Makepung merupakan kesenian atrasi khas Kabupaten Jembrana, yang mempertandingkan pacuan dua pasang kerbau di jalan subak atau persawahan.
Saat pertandingan resmi, biasanya dibagi dua kelompok yaitu Ijogading Barat dan Ijogading Timur, yang masing-masing mengeluarkan pasangan kerbau dalam jumlah tertentu untuk dipertandingkan siapa yang tercepat.
Kesenian atraksi ini oleh Pemkab Jembrana menjadi salah satu andalan untuk menarik wisatawan, sehingga berbagai fasilitas dibangun termasuk yang di Dusun Samblong, Kelurahan Sangkaragung.(GBI)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016