Canberra (Antara Bali) - Sebuah teknologi X-ray baru dapat memberikan informasi secara "real-time" tentang kandungan emas pada bebatuan yang dapat membantu merevolusi industri asai atau pengkadaran dengan menghemat waktu, biaya dan mengurangi limbah beracun.
Demikian hasil penelitian Australia Commonwealth Scientific and Industrial Research Organisation (CSIRO) menyatakan.
Penemu teknologi pendeteksi emas bernama PhotonAssay X-ray Dr James Tickner dari CSIRO mengatakan, metode baru tersebut menggunakan sinar-X kekuatan tinggi untuk membombardir sampel batuan dan mengaktifkan atom emas di dalamnya.
Sebuah detektor digunakan dalam menangkap "tanda-tanda unik" untuk memancarkan tingkat konsentrasi atom emas dan elemen lainnya untuk menentukan kelaikan sebuah daerah penambangan emas.
Tickner mengatakan, metode baru tersebut akan memberikan informasi secara "real-time" kepada operator tambang, sesuatu yang mereka tidak pernah punya di sebelumnya.
"Metode yang ada saat ini membutuhkan beberapa hari untuk mendapatkan informasi dari hasil kajian, yang dapat menjadi masalah ketika penambang membutuhkan informasi saat ini juga untuk mengoperasikan tambang," kata Tickner.
"Teknologi PhotonAssay yang kami patenkan mampu memberi hasil akurat hanya dalam beberapa menit, tanpa menghasilkan limbah beracun yang akan menimbulkan masalah di sistem uji lainnya," tambah Tickner.
Tickner mengatakan penemuan ini akan berguna di lapangan, terutama di Australia, yang mengalami penurunan.
Dengan menganalisis tanah dan batuan dengan cepat, penambang dapat menentukan apakah daerah tersebut laik atau tidak untuk dijadikan lokasi penambangan.
Selain itu, teknologi tersebut juga dapat digunakan untuk menentukan adanya elemen lainnya, seperti bijih dengan kualitas rendah.
"Kami telah fokus dalam meningkatkan akurasi, sensitivitas dan kesederhanaan teknologi untuk membuatnya berguna bagi operasi penambangan kelas rendah Australia," kata Tickner.
"Dengan memberikan informasi yang dapat dipercaya dan cepat untuk klien, kami meningkatkan potensi mereka untuk memaksimalkan keuntungan mereka dan meningkatkan produktivitas, bahkan pada bijih dengan kualitas yang lebih rendah," ungkapnya.
Teknologi ini akan dijual melalui Chrysos Corporation, di mana CSIRO akan memiliki saham sebesar 34 persen. Demikian diberitakan Xinhua. (WDY)
Penerjemah: Sella Panduarsa Gareta
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
Demikian hasil penelitian Australia Commonwealth Scientific and Industrial Research Organisation (CSIRO) menyatakan.
Penemu teknologi pendeteksi emas bernama PhotonAssay X-ray Dr James Tickner dari CSIRO mengatakan, metode baru tersebut menggunakan sinar-X kekuatan tinggi untuk membombardir sampel batuan dan mengaktifkan atom emas di dalamnya.
Sebuah detektor digunakan dalam menangkap "tanda-tanda unik" untuk memancarkan tingkat konsentrasi atom emas dan elemen lainnya untuk menentukan kelaikan sebuah daerah penambangan emas.
Tickner mengatakan, metode baru tersebut akan memberikan informasi secara "real-time" kepada operator tambang, sesuatu yang mereka tidak pernah punya di sebelumnya.
"Metode yang ada saat ini membutuhkan beberapa hari untuk mendapatkan informasi dari hasil kajian, yang dapat menjadi masalah ketika penambang membutuhkan informasi saat ini juga untuk mengoperasikan tambang," kata Tickner.
"Teknologi PhotonAssay yang kami patenkan mampu memberi hasil akurat hanya dalam beberapa menit, tanpa menghasilkan limbah beracun yang akan menimbulkan masalah di sistem uji lainnya," tambah Tickner.
Tickner mengatakan penemuan ini akan berguna di lapangan, terutama di Australia, yang mengalami penurunan.
Dengan menganalisis tanah dan batuan dengan cepat, penambang dapat menentukan apakah daerah tersebut laik atau tidak untuk dijadikan lokasi penambangan.
Selain itu, teknologi tersebut juga dapat digunakan untuk menentukan adanya elemen lainnya, seperti bijih dengan kualitas rendah.
"Kami telah fokus dalam meningkatkan akurasi, sensitivitas dan kesederhanaan teknologi untuk membuatnya berguna bagi operasi penambangan kelas rendah Australia," kata Tickner.
"Dengan memberikan informasi yang dapat dipercaya dan cepat untuk klien, kami meningkatkan potensi mereka untuk memaksimalkan keuntungan mereka dan meningkatkan produktivitas, bahkan pada bijih dengan kualitas yang lebih rendah," ungkapnya.
Teknologi ini akan dijual melalui Chrysos Corporation, di mana CSIRO akan memiliki saham sebesar 34 persen. Demikian diberitakan Xinhua. (WDY)
Penerjemah: Sella Panduarsa Gareta
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016