Tabanan (Antara Bali) - Petani sayur mayur di Desa Candikuning, Bedugul Kabupaten Tabanan, Bali di tengah tingginya intensitas curah hujan ini menikmati keuntungan seiring meningkatnya harga jual sejumlah komoditas akibat banyak tanaman rusak, gagal panen.

"Padahal di tengah guyuran hujan deras yang melanda dalam beberapa hari belakangan ini banyak menimbulkan risiko gagal panen tanaman sayur mayur, sehingga harganya naik," kata seorang petani setempat, Wayan Ada, Selasa.

Ia mengakui, kondisi cuaca hujan deras yang terjadi belakangan ini kurang menguntungkan untuk menghasilkan produksi sayur yang berkualitas baik.

Akibat hujan deras secara terus menerus itu pula petani harus rela mengeluarkan dana lebih untuk biaya perawatan.

"Berbeda dengan musim kemarau, musim hujan ini perlakuan tanaman agak lebih berat. Sebab, tanaman sayur mayur sangat rentan mengalami kebusukan pada musim hujan ketimbang musim kemarau," ujar Made Ada yang dibenarkan oleh rekannya Made Puger.

Meskipun mengeluarkan biaya ekstra untuk perawatan dalam musim hujan, namun masih bisa memperoleh keuntungan dari usaha budi daya sayur saat musim hujan, ujar Wayan Ada.

Harga sayur mayur di tingkat petani belakangan ini meningkat, untuk jenis daun bawang pre misalnya mencapai Rp8.000-Rp9.000 per kilogram padahal sebelumnya hanya Rp 3.000-Rp 4.000 per kg.

Begitu pula harga kentang yang sebelumnya sekitar Rp6.000 per kg di tingkat petani, kini naik menjadi Rp9.000 per kg.

"Saat ini hanya harga wortel lokal saja yang kurang menguntungkan di tingkat petani, karena harganya murah Rp2.000 per kg. Itu terjadi karena wortel lokal ini tidak terkena dampak yang signifikan dari musim hujan, dan juga wortel lokal di pasaran kalah saing dengan komoditas sejenis kualitas impor," ujar Wayan Ada.

Biaya produksi yang ditanggung pada musim hujan cenderung pada pemanfaatan pembelian untuk biaya obat (penyemprotan hama) pada tanaman yang intensitasnya meningkat pada musim hujan.

Perbandingannya, jika dengan kondisi normal biaya perawatan untuk menangani masalah hama mencapai Rp200 ribu per satu jenis tanaman per sekali musim tanam, kini dengan kondisi musim hujan biaya tersebut bisa membengkak menjadi Rp300 ribu dengan kriteria yang sama.

Selain itu, penambahan biaya juga muncul untuk pembelian plastik guna menutupi sajumlah tanaman sayur agar tidak terkena air hujan yang berlebih, kata Wayan Ada. (WDY)

Pewarta: Pewarta: I Ketut Sutika

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016