Denpasar (Antara Bali) - Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Bali mengimbau masyarakat mewaspadai penularan HIV dari ibu hamil kepada bayinya di tengah peningkatan jumlah penderita HIV pada kelompok perempuan dari populasi umum.
"Kelompok perempuan dari populasi umum seperti dari ibu rumah tangga dan ibu hamil, secara sosial sesungguhnya bukan kelompok yang berisiko. Tetapi ternyata mendapat penyakit menular itu dari pasangannya, dan fenomena peningkatan ini terjadi di seluruh Indonesia," kata Kepala Dinkes Provinsi Bali dr Ketut Suarjaya di Denpasar, Rabu.
Oleh karena itu, pihaknya tengah menggencarkan upaya pencegahan penularan dari ibu ke anak (PPIA) dengan menganjurkan ibu hamil menjalani tes pemeriksaan HIV atau voluntary counselling test/VCT.
Menurut Suarjaya, dengan semua ibu hamil mau menjalani pemeriksaan HIV maka dapat segera dilakukan pengobatan berupa pemberian ARV sehingga tidak sampai menular pada bayi yang dilahirkan.
Pemeriksaan VCT atau tes HIV itu dapat dilakukan di puskesmas, puskesmas rawat inap maupun rumah sakit daerah secara gratis. "Kami sudah melatih beberapa puskesmas agar mampu melakukan pemeriksaan HIV tersebut, termasuk kami juga mengimbau para bidan desa untuk melayani konseling ibu hamil agar mau diperiksa VCT," ucapnya.
Namun, sejauh ini belum semua ibu hamil mau menjalani pemeriksaan HIV. Sepanjang tahun 2015, dari 69.648 kunjungan ibu hamil, yang mau menjalani tes HIV sebanyak 29.380 orang. Dari jumlah tersebut, ada 219 ibu hamil yang HIV positif dan 121 ibu hamil dengan HIV positif telah menerima pengobatan ARV.
Sedangkan dari periode Januari hingga Juni 2016, dari 32.673 kunjungan ibu hamil, jumlah ibu hamil yang menjalani tes HIV sebanyak 20.752 orang. Dari jumlah yang dites, 159 orang dengan HIV positif dan menerima pengobatan ARV.
Permasalahan lainnya, kata Suarjaya, bagi ibu hamil yang memeriksakan kandungan di dokter praktik swasta sehingga luput dari tes HIV. Oleh karena itu, dia mengimbau para dokter spesialis kandungan yang membuka praktik agar menganjurkan juga kepada para pasien untuk menjalani pemeriksaan HIV.
Di sisi lain, pihaknya juga terus mengambil langkah-langkah pemeriksaan untuk membongkar fenomena gunung es penderita HIV/AIDS. Dari estimasi jumlah penderita HIV/AIDS sebanyak 26 ribu kasus, sampai dengan Juni 2016 sudah ditemukan 14.880 kasus (kasus AIDS 6.514 dan HIV 8.366 kasus).
"Kami juga akan terus berupaya untuk memeriksa kelompok penderita yang berisiko tinggi seperti pekerja seks komersial, pekerja kafe remang-remang dan sebagainya untuk membongkar fenomena gunung es itu," katanya.
Dengan demikian, kelompok berisiko tinggi ini bisa segera diberikan terapi ARV agar penularan HIV/AIDS berkurang dan target "getting three zeroes" bisa didapatkan, yakni menurunkan jumlah kasus baru, menurunkan angka kematian akibat HIV/AIDS, dan menurunkan stigma dan diskriminasi terhadap penderita HIV/AIDS. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
"Kelompok perempuan dari populasi umum seperti dari ibu rumah tangga dan ibu hamil, secara sosial sesungguhnya bukan kelompok yang berisiko. Tetapi ternyata mendapat penyakit menular itu dari pasangannya, dan fenomena peningkatan ini terjadi di seluruh Indonesia," kata Kepala Dinkes Provinsi Bali dr Ketut Suarjaya di Denpasar, Rabu.
Oleh karena itu, pihaknya tengah menggencarkan upaya pencegahan penularan dari ibu ke anak (PPIA) dengan menganjurkan ibu hamil menjalani tes pemeriksaan HIV atau voluntary counselling test/VCT.
Menurut Suarjaya, dengan semua ibu hamil mau menjalani pemeriksaan HIV maka dapat segera dilakukan pengobatan berupa pemberian ARV sehingga tidak sampai menular pada bayi yang dilahirkan.
Pemeriksaan VCT atau tes HIV itu dapat dilakukan di puskesmas, puskesmas rawat inap maupun rumah sakit daerah secara gratis. "Kami sudah melatih beberapa puskesmas agar mampu melakukan pemeriksaan HIV tersebut, termasuk kami juga mengimbau para bidan desa untuk melayani konseling ibu hamil agar mau diperiksa VCT," ucapnya.
Namun, sejauh ini belum semua ibu hamil mau menjalani pemeriksaan HIV. Sepanjang tahun 2015, dari 69.648 kunjungan ibu hamil, yang mau menjalani tes HIV sebanyak 29.380 orang. Dari jumlah tersebut, ada 219 ibu hamil yang HIV positif dan 121 ibu hamil dengan HIV positif telah menerima pengobatan ARV.
Sedangkan dari periode Januari hingga Juni 2016, dari 32.673 kunjungan ibu hamil, jumlah ibu hamil yang menjalani tes HIV sebanyak 20.752 orang. Dari jumlah yang dites, 159 orang dengan HIV positif dan menerima pengobatan ARV.
Permasalahan lainnya, kata Suarjaya, bagi ibu hamil yang memeriksakan kandungan di dokter praktik swasta sehingga luput dari tes HIV. Oleh karena itu, dia mengimbau para dokter spesialis kandungan yang membuka praktik agar menganjurkan juga kepada para pasien untuk menjalani pemeriksaan HIV.
Di sisi lain, pihaknya juga terus mengambil langkah-langkah pemeriksaan untuk membongkar fenomena gunung es penderita HIV/AIDS. Dari estimasi jumlah penderita HIV/AIDS sebanyak 26 ribu kasus, sampai dengan Juni 2016 sudah ditemukan 14.880 kasus (kasus AIDS 6.514 dan HIV 8.366 kasus).
"Kami juga akan terus berupaya untuk memeriksa kelompok penderita yang berisiko tinggi seperti pekerja seks komersial, pekerja kafe remang-remang dan sebagainya untuk membongkar fenomena gunung es itu," katanya.
Dengan demikian, kelompok berisiko tinggi ini bisa segera diberikan terapi ARV agar penularan HIV/AIDS berkurang dan target "getting three zeroes" bisa didapatkan, yakni menurunkan jumlah kasus baru, menurunkan angka kematian akibat HIV/AIDS, dan menurunkan stigma dan diskriminasi terhadap penderita HIV/AIDS. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016