Yogyakarta (Antara Bali) - Ketua Badan Khusus Pengendalian Tembakau Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Widyastuti Soerojo mengatakan tidak betul bila ada yang menyatakan merokok dapat menghilangkan stress.
"Kalau betul merokok itu menghilangkan stress, coba saja yang bukan perokok diberi rokok saat stress. Bukan perokok yang stress tidak akan hilang stressnya bila diberi rokok," kata Widyastuti di Yogyakarta, Jumat.
Widyastuti mengatakan perokok merasa stressnya hilang karena sudah kecanduan dengan rokok. Efek kecanduan merokok sama dengan zat adiktif lain, yaitu menimbulkan efek "fly" bila dikonsumsi dan sakaw bila tidak dikonsumsi.
Menurut Widyastuti, rokok bukan barang yang normal. Meskipun termasuk barang legal, tetapi rokok merupakan barang yang mengandung zat adiktif dan racun, serta menjadi salah satu faktor pemicu penyakit tidak menular.
"Rokok juga merupakan salah satu penyebab kematian. Secara global enam juta orang setiap tahun meninggal dunia karena rokok. Di Indonesia, 240.618 orang meninggal dunia setiap tahun karena rokok," tuturnya.
Karena rokok bukan barang normal, maka industri tembakau juga bukan industri yang normal. Karena itu, industri tembakau bukan termasuk pemangku kepentingan dalam pembuatan kebijakan tentang pengendalian tembakau.
Widyastuti menjadi salah satu pembicara pada Indonesian Conference on Tobacco or Health (ICTOH) Youth Forum 2016 di Yogyakarta.
Forum tersebut merupakan rangkaian prakonferensi dari ICTOH III yang diadakan Kementerian Kesehatan dan Tobacco Control Support Center (TCSC) IAKMI.
Selain Widyastuti, pembicara lainnya adalah pakar periklanan RTS Masli dan Koordinator Penelitian dan Pengembangan Center for Indonesia's Strategic Development Initiative (CISDI). (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
"Kalau betul merokok itu menghilangkan stress, coba saja yang bukan perokok diberi rokok saat stress. Bukan perokok yang stress tidak akan hilang stressnya bila diberi rokok," kata Widyastuti di Yogyakarta, Jumat.
Widyastuti mengatakan perokok merasa stressnya hilang karena sudah kecanduan dengan rokok. Efek kecanduan merokok sama dengan zat adiktif lain, yaitu menimbulkan efek "fly" bila dikonsumsi dan sakaw bila tidak dikonsumsi.
Menurut Widyastuti, rokok bukan barang yang normal. Meskipun termasuk barang legal, tetapi rokok merupakan barang yang mengandung zat adiktif dan racun, serta menjadi salah satu faktor pemicu penyakit tidak menular.
"Rokok juga merupakan salah satu penyebab kematian. Secara global enam juta orang setiap tahun meninggal dunia karena rokok. Di Indonesia, 240.618 orang meninggal dunia setiap tahun karena rokok," tuturnya.
Karena rokok bukan barang normal, maka industri tembakau juga bukan industri yang normal. Karena itu, industri tembakau bukan termasuk pemangku kepentingan dalam pembuatan kebijakan tentang pengendalian tembakau.
Widyastuti menjadi salah satu pembicara pada Indonesian Conference on Tobacco or Health (ICTOH) Youth Forum 2016 di Yogyakarta.
Forum tersebut merupakan rangkaian prakonferensi dari ICTOH III yang diadakan Kementerian Kesehatan dan Tobacco Control Support Center (TCSC) IAKMI.
Selain Widyastuti, pembicara lainnya adalah pakar periklanan RTS Masli dan Koordinator Penelitian dan Pengembangan Center for Indonesia's Strategic Development Initiative (CISDI). (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016