Mangupura, 12/11 (Antara) - Yayasan Lengis Hijau (YLH) membangun stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) nabati Biodiesel (B100) untuk publik pertama di Bali di Green School Kabupaten Badung.
Ketua Harian YLH Ir. A.A. Bagus Sudharsana, Sabtu mengatakan, kegiatan tersebut memberikan alternatif solusi terbaik bagi perlindungan kesehatan.
"Menyediakan transportasi ramah lingkungan dengan menggunakan bahan bakar nabati Biodiesel," ujar Bagus Sudharsana.
Program Bio Bus tersebut, sebuah gerakan lingkungan yang digagas oleh siswa Green School Bali.
Ia menambahkan, kegiatan tersebut menjadi momentum bersejarah bagi Green School, Indonesia, dan masa depan energi terbarukan.
Kerjasama itu, siswa Green School dan siswa dari sekolah-sekolah yang ada di sekitarnya secara rutin mengumpulkan minyak jelantah dari berbagai restoran di Bali sebagai bahan utama biodiesel.
Bagus Sudharsana menjelaskan, minyak jelantah yang telah diproses akan menghasilkan biodiesel untuk bahan bakar dan limbah yang berupa gliserin diproses menjadi sabun oleh tim Bio Bus Green School.
Bagian terpenting dari program ramah lingkungan tujuannya untuk mengurangi penjualan dan penggunaan kembali minyak jelantah yang berbahaya bagi kesehatan.
Anggota Komisi X DPR RI Dr. Ir. Wayan Koster menambahkan, kegiatan tersebut dinilai sangat penting untuk dikembangkan di tempat lain sehingga mampu menciptakan lingkungan yang ramah lingkungan.
"Potensi daerah Bali, khususnya Kabupaten Badung yang memiliki ratusan hotel dan restoran," ujar Wayan Koster.
Upaya tersebut memberikan kebanggaan bagi Indonesia, khususnya Provinsi Bali, dalam hal pengolahan limbah dan bidang energi terbarukan.
Ia mengharapkan, penelitian dapat terus ditingkatkan dengan harapan mampu memberikan solusi pengurangan gas emisi rumah kaca dan adaptasi perubahan iklim. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
Ketua Harian YLH Ir. A.A. Bagus Sudharsana, Sabtu mengatakan, kegiatan tersebut memberikan alternatif solusi terbaik bagi perlindungan kesehatan.
"Menyediakan transportasi ramah lingkungan dengan menggunakan bahan bakar nabati Biodiesel," ujar Bagus Sudharsana.
Program Bio Bus tersebut, sebuah gerakan lingkungan yang digagas oleh siswa Green School Bali.
Ia menambahkan, kegiatan tersebut menjadi momentum bersejarah bagi Green School, Indonesia, dan masa depan energi terbarukan.
Kerjasama itu, siswa Green School dan siswa dari sekolah-sekolah yang ada di sekitarnya secara rutin mengumpulkan minyak jelantah dari berbagai restoran di Bali sebagai bahan utama biodiesel.
Bagus Sudharsana menjelaskan, minyak jelantah yang telah diproses akan menghasilkan biodiesel untuk bahan bakar dan limbah yang berupa gliserin diproses menjadi sabun oleh tim Bio Bus Green School.
Bagian terpenting dari program ramah lingkungan tujuannya untuk mengurangi penjualan dan penggunaan kembali minyak jelantah yang berbahaya bagi kesehatan.
Anggota Komisi X DPR RI Dr. Ir. Wayan Koster menambahkan, kegiatan tersebut dinilai sangat penting untuk dikembangkan di tempat lain sehingga mampu menciptakan lingkungan yang ramah lingkungan.
"Potensi daerah Bali, khususnya Kabupaten Badung yang memiliki ratusan hotel dan restoran," ujar Wayan Koster.
Upaya tersebut memberikan kebanggaan bagi Indonesia, khususnya Provinsi Bali, dalam hal pengolahan limbah dan bidang energi terbarukan.
Ia mengharapkan, penelitian dapat terus ditingkatkan dengan harapan mampu memberikan solusi pengurangan gas emisi rumah kaca dan adaptasi perubahan iklim. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016